Kamis, 29 September 2011

Pertama dan Terakhir

Akhir-akhir ini banyak teman saya yang berulang tahun. Selamat ulang tahun ya ^^

Hahahaha –ngga jelas-

Kalau ada yang ulang tahun gini, hampir semua orang berlomba-lomba menjadi orang yang pertama mengucapkan selamat kepada orang yang sedang berulang tahun tersebut. Emm… sebenarnya keadaan seperti ini dimulai sejak kapan ya? –sok berpikir-

Yah, sekedar berpikir aja, mulai dari zaman saya SMP semua orang ingin sekali menjadi yang pertama. Semua orang ingin jadi yang nomor satu.

Hmm… ngga salah sih, siapa juga yang mau jadi buntut? Siapa juga yang mau jadi ranking terakhir. Itu menyedihkan. Hiks hiks.

Tapi ntah sejak kapan juga, saya bosan berlomba-lomba menjadi yang pertama dalam mengucapkan selamat ulang tahun. Saya berpikir, kalau semua orang mau jadi yang pertama saya jadi yang terakhir aja deh. Hehehe.

Dan disinilah saya berada. Teman-teman saya sudah hafal, kalau saya benar-benar mengingat hari ulang tahun mereka dengan baik, pasti saya akan mengucapkannya di detik-detik menjelang berakhirnya hari ulang tahun mereka. Awalnya saya kasi alasan ngasal aja, saya ngga suka ngikutin tren, saya pingin kamu ngerasain hari spesialmu sampe detik terakhir, dan lain-lain yang kadang ngga masuk akal sama sekali. Hahahaha.

Tapii makin kesini saya jadi berpikir. Sebenarnya memang lebih indah jadi yang terakhir. Yang pertama hanya akan menghadirkan sebuah kenangan, tentu akan diingat selamanya. Tapi yang terakhir yang akan tinggal disini.

Ya ya ya mungkin bagi sebagian orang omongan saya mulai ngelantur. Memang saya suka menyambung-nyambungkan satu hal dengan hal lain. Hohoho. Dan menurut saya sebuah hubungan pun akan lebih menyenangkan ketika kita menjadi yang terakhir bukan yang pertama. Yang pertama akan menjadi kenangan dan memang akan sulit dilupakan tapi yang terakhir akan tetap tinggal. :)

Emm mungkin ini juga berlaku pada ranking di kelas. Yang ranking pertama akan terus dikenang, yang ranking terakhir memang akan tinggal. Tinggal kelas. Hehehe –ngasal-

Yah, mau jadi yang pertama atau terakhir asal kita tetap mengucapkan selamat ulang tahun pasti orang yang ulang tahun juga seneng. –balik lagi-

Huahahaha :p

13 Juni 2011

Senin, 26 September 2011

Hilang, Hampa, Bertahan

Pernahkah anda merasakan patah hati? Hehehe :p

Sebenarnya saya belum pernah yang sampe separah apa siihh…

Tapi kalau merasakan yang sedikit nyerempet dari patah hati dan putus cinta mungkin pernah. Hehehe.

Yah, saya kan manusia punya hati punya rasa. Ada satu ketika saya berhubungan dekat dengan seseorang seperti layaknya orang pacaran namun tidak ada kalimat resmi dari mulut kami berdua. Saya memang menikmati hubungan yang seperti TTM (Teman Tapi Mesra) atau HTS (Hubungan Tanpa Status) walaupun pada akhirnya saya yang kembali menanyakan hal tersebut pada dirinya. Hmm… ternyata saya tidak sekuat itu. Hehehe :p

Bodoh, ya? :p

Kadang orang memang tidak bisa menguraikan apa yang ada di hatinya dan jika ada peribahasa “dikasih hati minta jantung” mungkin saya salah satu orang yang seperti itu. Hehehe :p

Saya akui saya ngga puas Cuma jadi TTM nya -padahal saya yang minta-. Saya pingin minta perhatian lebih. Mungkin seperti orang pacaran. Saya ngga mau liat dia sama cewe lain, kalau mau kaya gitu lebih baik saya ngga sama dia. Saya mau dia selalu ada walau hanya lewat kata. Yah yah yah saya memang egois. Saya memang tipe yang “dikasih hati minta jantung”. Yah, saya sadar.

Akhirnya keputusan pun dibuat. Mungkin perpisahan dari hubungan yang macam ini adalah jawaban. Hubungan awal sebagai teman dan tidak lebih akhirnya dipilih. Hemm… saya pun lantas sadar, bahwa saya harus mengubah semua tingkah laku saya padanya. Ngga ada yang namanya ngeluh ini itu sama dia. Ngga ada yang namanya manja-manja sama dia. Ngga ada yang minta disuapin atau nyuapin. Ngga ada yang minta ditemenin cuma berdua. Yaaahhh,, semua kenangan itu akhirnya ngga boleh diulang. Cuma boleh disimpen rapi aja.

Sehari, dua hari, semua berjalan apa adanya. Biasa aja. Ngga ada perasaan apa-apa. Nangis? Ngga juga. Rasanya cuma lega ketika semua kata akhirnya terucap dan tidak ada kebohongan yang saya sampaikan. Seminggu berlalu pun tidak ada suatu hal aneh apapun yang terjadi. Kehidupan saya berjalan normal dan apa adanya. Saya bahagia saya tidak terjatuh terlalu sakit. Mungkin saya sudah sedia matras sebelumnya.

Sampai suatu ketika, waktu mempertemukan kita dalam keadaan yang hampir serupa dengan yang masa lalu tawarkan. Tapi seperti yang sudah saya katakan, keadaan antara kita berdua yang berbeda. Kita bukan lagi dua insan manusia yang terikat dalam ikatan sayang yang rapuh itu. Kita bukan lagi dua insan manusia yang bisa berbagi lebih seperti waktu lalu. Dan entah kenapa saya merasakannya. Iya, saya merasakannya. Rasa sakit itu nyata dan ada. Hahaha. Sial.

Emm… kalau saya urai lagi rasa sakit itu akhirnya berubah menjadi rasa kehilangan dan berujung pada kehampaan. Iya, saya merasa ada yang hilang hari itu. Saya merasa hampa saat itu. Dan kesedihan yang harusnya datang beratus-ratus jam silam baru datang hari itu. Sial. Hahaha. Saya merasakan rasa yang dialami orang putus cinta. Hahaha. :p

Dan parahnya lagi entah mengapa saya lihat kita sama-sama mencoba membangun dinding yang sama. Dinding kaca antara kita berdua. Kita ngga boleh bersentuhan, ngga boleh saling mendengarkan. Tapi kita masih ingin saling melihat. Huff,, mulai lebay dan picisan :p

Saya ngga tau apa yang dia rasa. Saya bukan cenayang pastinya. Yang saya tau ya apa yang saya rasa. Dan apa yang harus saya lakukan. Saya tau saya harus bertahan dan bertahan. Menyimpan rasa yang pernah ada dalam hati dan merelakan serpihan waktu dan kenangan yang pernah ada. Saya tau waktu akan mengobati rasa ini. Tau banget. Yang perlu saya lakukan adalah bertahan dan bersabar. Bersabar sampai saya bisa tersenyum dengan tulus lagi. Bersabar sampai saya yakin saya bisa merelakan. Dan ini peer hidup saya. Peer yang ngga punya deadline tapi selalu mengejar. Huff.

“ketika selamanya ku pun harus berakhir, akhirilah ini dengan indah

Kau harus relakan setiap kepingan waktu dan kenangan”

Akhiri ini dengan Indah-Jikustik

Tapi ya, dari sini saya berpikir pasti sedih banged deh orang yang udah bertahun-tahun pacaran dan akhirnya berakhir dengan perpisahan. Atau ketika palu talak memisahkan cincin di jari mereka. Atau lagi ketika malaikat maut mengatakan bahwa waktu mereka sudah habis. Okay. Memang tiada yang abadi di dunia… Hehehe.

Ada yang pernah merasakan hal ini? Nih, saya kasih lagu penyemangat…

Coba deh dengerin So Yesterday-Hilarry Duff. Paling tidak, kamu jadi merasa masih punya hari walau dengan rasa kehilangan dan kehampaan apalagi ditambah kamu diminta untuk bertahan :p

“if it’s over let it go and come tomorrow it will seem so yesterday so yesterday

Laugh it off and let it go and when you wake up it will seem so yesterday so yesterday

Haven’t you heard that I’m gonna be okay”

Kamu pasti baik-baik saja!

Cheer Up :)

-20 Juni 2011, hati dengan rasa yang terlambat-

Titik Akhir

“Aku simpan perasaan ini di sudut hati
Kugembok dan kuncinya ku simpan rapi
Tidak kubiarkan dia tumbuh besar ataupun mati”



Hehehe sempet bener saya bikin 3 baris kata kaya gini.
Hehehe -sedikit bocoran, saya bikinnya waktu di kamar mandi lho-

Yah, sedikit ungkapan hati, ketika saya mulai kehilangan akal untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Sedikit jeritan hati ketika apa yang telah saya pikirkan ternyata tidak terjadi juga.
Padahal saya sudah berpikir hal-hal yang paling buruk sekalipun. Eh, ternyata ada yang luput saya pikirkan. Hahaha

Tapi tak mengapa.
Saya suka mencicipi rasa.
Saya suka merasakan rasa-rasa baru yang belum pernah saya coba sebelumnya.
Dan saya tidak menyesalinya.

Saya malah suka menyimpannya untuk suatu kali saya buka kembali.
Hanya sekedar untuk tersenyum dan akhirnya bersyukur bahwa saya diizinkan untuk hidup.

Iya, hidup di tengah ribuan rasa.
Hemm…

4 Juni 2011

Rabu, 21 September 2011

Bakteri Pengurai Perasaan

Setelah vaksin patah hati, sekarang bakteri pengurai perasaan –tsaah-.
Gaya banged saya. :) Orang biologi harus berterimakasih ni, saya berikan peer baru buat kelangsungan bidang ilmunya. Hahahaha –ngawur-

Kenapa mendadak bakteri pengurai perasaan?
Tentu ini semua berakar dari cerita hidup saya –ingat, blog saya kan namanya ceritaku bukan ceritamu :p-

Saya akui saya adalah manusia yang pengecut. Yap, pengecut. Sangat pengecut.
Bukan tipe orang yang berani ngomong blak-blakan. Banyak yang dipikirin, takut perasaan orang lain terluka dan bla bla bla. Yang kata temen-temen saya itu ga penting dan masokis sama perasaan saya sendiri :p. Saya sering membiarkan masalah-masalah terutama masalah cinta –cielah- berlalu begitu saja tanpa orang lain tau perasaan saya. Pengecut sekali bukan?

Saya punya teman, –kok kaya bait lagu ya?- dia punya keberanian yang besar untuk mengungkapkan isi hatinya terutama masalah cinta –cielah-. Dia bisa blak-blakan ngomong sama cowo yang dia suka tentang perasaannya. Cowo itu bisa tau perasaannya dan menurut saya dia ksatria. Dia ngga pengecut seperti saya. Dia bisa ngomong dengan gamblang. Dia ngga menyimpan rasanya itu sendiri. Dia berani mati istilah ekstrimnya. Dia ngga takut untuk mengungkapkan semua yang ada di hatinya dan mungkin sebenarnya manfaatnya lebih besar.

Saya mengerti dengan baik menyimpan semua ini hanya seperti menyimpan duri dalam daging. Kecil si durinya, tapi kalo nusuk-nusuk tiap hari juga sakit kan? :(
Dan saya yang pengecut ini hanya bisa berdoa, seandainya saja ada bakteri pengurai perasaan yang bisa menguraikan perasaan saya. Seandainya ada bakteri yang menolong saya untuk menguraikan duri ini, pasti rasanya jadi nyaman.

Menguraikan rasa menjadi kata.

Karena ketika rasa berubah menjadi kata, semua orang bisa mengerti, semua orang bisa memahami. Dan kalau sebelumnya saya sakit sendiri, sekarang saya bisa membiarkan orang yang telah membuat saya sakit menjadi mengerti apa dampak dari perbuatannya pada saya. –tsaah-

Yah, semua ini memang sulit bagi saya. Andaikan bisa, ingin saya menatap wajahnya dan kalimat-kalimat yang ada di dalam hati saya dapat dia baca. –oke, itu ga mungkin. Bahkan Doraemon aja belum punya alatnya-
Mungkin saya merasa terlalu berbelit-belit isi pikiran saya. Terlalu banyak yang ga perlu dipikir tapi saya pikirkan. Fiuh. Sukanya cari-cari kerjaan si. Hehehe. :p

Saya sering berpikir perasaan saya terkadang seperti more than words –lagunya Extreem- dan saya masih berusaha mencari bakteri pengurai yang bisa menguraikan rasa menjadi kata :).

30 Mei 2011 –pagi yang cerah, dalam masa penantian-

Vaksin Patah Hati

Teman saya pernah menyeletuk “Tenang saja, luk. Imun patah hatiku sudah kuat. Aku sudah vaksin patah hati.”

Ngek.

Saya langsung ngakak setelah 2 detik terdiam. Ya, lucu aja mendengarnya.

Vaksin patah hati?
Menarik.

Mungkin vaksin itu bakal lebih laris daripada vaksin cacar, campak, bahkan hepatitis.

Siapa juga si yang ngga pernah merasakan patah hati. Yah, mungkin ada yang menyangkal dengan mengatakan bahwa dirinya belum pernah pacaran jadi belum pernah patah hati. Atau ada yang menyangkal bahwa ia belum pernah jatuh cinta jadi belum pernah patah hati. Ya ya ya, ngga salah sih.
Tapi menurut saya patah hati itu ngga harus sama pacar kok.

Ketika kamu sudah sayang dengan seseorang, siapapun itu, entah lawan jenis, teman, ataupun keluarga, dan kamu pernah dikecewakan oleh mereka, pasti kamu pernah merasa patah hati dengan orang tersebut.

Ketika kita sayang dan berharap lebih, ketika itu juga kita rawan patah hati –cielah-.

Ya paling tidak secara sadar maupun tidak kita sudah menaruh harapan yang cukup besar pada orang yang kita sayang tersebut. Nah, ketika mereka tidak bisa memenuhi harapan kita, saat itulah kita terluka, kecewa, dan akhirnya patah hati.

Saya sendiri punya satu pemikiran “orang yang paling sering membuat kamu kecewa adalah orang yang paling kamu sayangi.” Hehehe. Itu pemikiran saya loh.
Pemikiran saya ada dasarnya kok tapi dari pengalaman saya. Hehehe.

Dari pengalaman saya, selalu saja tanpa saya sadari saya selalu menyimpan harapan pada orang yang saya sayangi-siapapun itu-.
Saya berharap saya dimasakin nenek saya, berharap saya diajak jalan-jalan bapak saya, berharap saya jadi diajak makan keluar sama cowo yang saya sayang, berharap teman saya bisa membantu pekerjaan saya, berharap teman saya ngga jemput saya telat dan harapan-harapan lain yang ngga mungkin disebutkan satu-satu.
Tapi apa? Ada aja alasan buat bikin semua itu ngga berjalan sesuai harapan dan keinginan saya. Mulai dari yang bikin sebel gara-gara alasannya ngga bisa dipertanggungjawabkan, alasan yang krusial tapi tetep nyebelin, sampai pada alasan yang bisa diterima semua insan manusia a.k.a sakit atau kematian. Tapi tetep aja ada rasa kecewa, tetep aja ada rasa ‘patah’.

Yah, di saat kaya gtu harusnya saya bisa berpikir bahwa selalu aja ada dua kemungkinan yang terjadi dalam hidup, Saya harus berpikir bahwa saya harus lapang dada menerima semua kemungkinan yang terjadi. Sekedar latihan kalau seandainya di lain waktu saya nerima hal yang lebih ga ngenakin lagi. Kalau saya tiba-tiba dikasi kejadian yang bikin saya shock, saya udah ngga kaget lagi. Saya tau itu. Itu namanya latihan hidup. Hehehe

Namanya juga manusia biasa, saya mah tetep aja ngerasa kecewa, saya mah tetep aja ngerasa ‘patah’ hati. Mau gimana lagi?
Mungkin benar kata temen saya, saya harus nyari vaksin patah hati. :p

26 Mei 2011 –ketika hati kembali patah-

Senin, 19 September 2011

Epidemi (2)

Masih ingat kan tulisan tentang epidemi (1)? Ya ya ya tentang penyakit galau dan karakteristik orang galau. Waktu itu saya menuliskan bahwa ada 2 jenis orang galau. Yang sudah saya tuliskan adalah orang yang hanya ‘berpura-pura’ galau. Saya kedengarannya jahat ya? Tapi sudahlah. Hehehe.

Selanjutnya adalah orang kedua. Orang yang memang galau. Sebenarnya saya sendiri tidak mengerti mengapa ada orang yang bilang-bilang ke orang lain bahwa ia galau. Apa mungkin sebenarnya tipe kedua ini tidak ada? –mulai ga nyambung-
Tapi akhirnya saya mulai menanamkan pengertian dalam diri saya. Ada beberapa orang yang memang merasakan gundah gulana dan akhirnya merasa bahwa kata galau lebih cocok ingin menyampaikan ke orang lain bahwa ia galau.
Ia ingin melakukan kartasis –bener ga ya? Saya bisa dimarahin anak psikologi ni :(- Daripada ia menyimpan sendiri di relung hati dan akhirnya malah bisa jadi bumerang ke diri sendiri. Lebih baik ia menyampaikannya lewat hal lain.
Orang dengan tipe seperti ini mungkin belum menemukan teman yang pas untuk diajak bercerita. Atau mungkin orang dengan tipe ini lebih suka menuliskannya saja dan akhirnya, karena keinginannya agar orang lain melihat dia, disebarkanlah kegalauannya melalui dunia maya.

Yah, tanpa kita sadari manusia sebenarnya punya hasrat untuk selalu diperhatikan. Punya hasrat untuk dipedulikan. Hal yang sangat manusiawi. Kita hanya perlu sedikit pengertian untuk orang-orang macam ini. Ia sebenarnya benar-benar galau, tapi kok ya disebar-sebar kemana-mana? Hehehe.

Tapi pernahkah kita benar-benar berpikir mengapa kita galau?
Pernahkah kita berpikir kenapa sampai kita menyatakan diri kita galau?
Emm… saya rasa jarang orang yang memikirkannya.
Hohohoho

Yah, menurut saya terkadang kita perlu sedikit berpikir dan menyelami perasaan kita terlebih dahulu baru bisa mengatakan bahwa kita galau.
Sekedar merasakan sendiri apa yang sebenarnya berkecamuk dalam diri dan berpikir apakah mungkin kita bisa menyelesaikannya.

Emm… sebenarnya saya hanya bisa koar-koar aja sehh,, padahal saya sendiri juga suka nulis status kemana-mana kalau saya merasa galau baru deh mikirnya belakangan. Hahahaha. :p

Awal Juni 2011

Jumat, 16 September 2011

Apakah Menunggu adalah Pilihan?

Fiuh
Masih tetap nyambung dengan tulisan sebelumnya.
Hehehe

Akhirnya, tamu itu berkata dengan menundukan wajahnya “buang saja, makanan itu sudah dingin dan ngga enak. Nanti kamu sakit.”
Tapi selanjutnya dia ingin pergi begitu saja dan saya sebagai orang yang ngototan –salahe- akhirnya bilang “kenapa? Kayanya masih enak kok. Lho, kamu kok pergi tanpa bilang sepatah kata pun?”

Dan begitulah.
Mungkin saya memang orang yang ndableg dan agak budeg. Udah jelas dibilang suruh buang masi aja nanya kenapa. Lalu saya berdalih kenapa juga dia suru buangnya ngga ngeliat ke mata saya? Kenapa dia ragu-ragu? Saya ngga bisa.
Hmm... cerita saya mulai ngelantur. Hahaha

Intinya saya diberikan jawaban tanpa penjelasan. Dan ia menjelaskan hal lain yang membuat saya bingung. Namun mungkin memang kodrat semua manusia bahwa mereka punya sifat yang namanya egois. Mereka ingin tahu secara lengkap. Mereka belum tenang kalau ngga dibunuh sampe mati –yaiyalah, koma itu lebih menyakitkan :p-.

Dan begitu pula saya. Saya butuh penjelasan walau kesimpulannya tetap sama. Saya butuh dia tahu perasaan saya dan ketegasan yang saya buat. Saya perlu dia tahu.
Dan apa yang saya lakukan selanjutnya?
Saya akan menunggu, iya menunggu dia menjelaskan itu pada saya. Menunggu ia mau mendengarkan cerita saya. Yah, walau saya tidak suka menunggu, tapi mungkin saat ini menunggu adalah pilihan. Yah, mungkin benar. Hehehe

Oya, pingin sedikit mengungkapkan pikiran di tengah kegundahan ini –cielah-. Tapi tapi saya minta maaf dulu sama cowo. Ini murni pikiran saya sebagai cewe tanpa melakukan survey ke banyak lelaki kok. Hehehe :p Jadi, kalo salah dimaafkan ya. Hehehehe… :p
Kenapa ya cowo susah banged bilang kalau dia emang ngga siap buat ngomong dan cerita tentang semuanya ke cewe? Dengan sok tegarnya bilang “siap kok aku buat ngomong. Siap.” Padahal itu cuma gengsi semata. Bilang aja kalo ngga siap. Saya juga tau kok kalau cowo itu manusia, butuh waktu buat menenangkan hati dan pikiran biar ngga salah dalam berkata-kata dan membuat keputusan.
Akuilah dan kita sebagai cewe juga akan mengerti kok. Hehehe. :)
Hiyaahhh,, kapan ya kegundahan saya akan berakhir? Hmm…

-ketika menunggu adalah jawaban dan pilihan atas semua tanya- 17 Mei 2011

Maaf, Saya terlambat menyayangimu

Kemarin tiba-tiba tercetus satu kalimat ini di benak saya. “Maaf, aku terlambat menyayangimu.”
Fiuh.

Pernah ngga kamu mengalami hal itu?
Ketika kamu menyayangi seseorang yang sudah lebih dulu menyayangimu dan ternyata kamu terlambat untuk menyayanginya. Kamu menyayanginya ketika dia ingin pergi dari hidupmu.
Hahahaha. -ketawa pedih-

Menyamakan perasaan itu kan emang susah dilakukan. Kita punya hati yang berbeda otomatis perasaan yang kita rasakan juga berbeda. Ketika perasaan kita ngga sejalan, rasanya pingin bilang “mulai sekarang kita jalan sendiri-sendiri aja.” :p

Jujur, sampai saya menuliskan ini saya tidak tahu perasaan sesungguhnya yang dirasakan oleh objek yang menjadi sasaran deretan kalimat saya itu. Saya masih diliputi kebimbangan. Perasaan ini masih menggantung begitu saja. Dan saya masih harus sedikit bersabar dengan waktu untuk mendapatkan jawabannya. Hmm…

Oh ya, tapi tetep saya jadi ingin membagikan sedikit perasaan ini. Mungkin banyak yang pernah merasakan hal yang sama. Terlambat. Hahaha. Itu ngga enak. Apalagi terlambat menyayangi. Ketika ia datang dan menawarkan rasa sayang itu, kita merasa belum siap dan memilih untuk membiarkannya saja.

Ibarat ada orang yang bertamu ke rumah kita, memberikan buah tangan berupa makanan dan kita menerimanya tapi hanya menaruh itu di meja makan tanpa menyentuhnya dan orang tersebut melihatnya. Mungkin kita membiarkannya karena ragu-ragu buah tangan itu beracun atau tidak, rasanya bagaimana enak atau tidak. Ya, intinya kita masih ragu-ragu. Kita ngobrol dengan tamu itu, kita semakin akrab dengan tamu itu dan ketika kita merasa bahwa buah tangannya aman, tidak beracun dan ingin memakannya. Ehh, buah tangannya udah dingin dan keras. Udah ngga sebersahabat seperti saat pertama kali kita melihatnya.
Hehehe.
Dan posisi saya sekarang adalah melihat ke tamu itu dan mempertanyakan buah tangannya.
Dan kamu tau tamu itu bilang apa? “bukan salah kamu kalau buah tangan itu jadi dingin.”
Dia tidak menjawab apakah sebaiknya saya memakan buah tangan itu atau membuangnya saja.
Saya bengong.
Saya tidak menemukan jawaban yang saya inginkan.

Mungkin memang yang harus saya katakan adalah “Maaf, saya terlambat memakan buah tanganmu.” –maaf, saya terlambat menyayangimu-

Pagi yang cerah dengan hati yang gundah -17 Mei 2011-

Untaian Nada-nada

"Kereta Terbang Sabtu Sore, Angin Rampas, Buntu, Vocalise, D.V.L"

Bingung ya, itu apa? hehehe
Itu adalah judul-judul lagu yang dinyanyikan dalam resital piano yang saya tonton kemarin (15 September 2011).
Jadi, saya yang memang pecinta tontonan ataupun pertunjukan, tiba-tiba melihat poster bahwa akan ada konser mini -atau bisa juga disebut resital- piano dan soprano. Lalu saya mencari hal yang paling krusial dalam sebuah pertunjukan, yaitu harga tiket. Eh, ternyata gratis, berbinarlah mata saya. Saya lihat tanggal ternyata cocok -saya tidak ada acara saat itu- dan saat melihat tempatnya ternyata di Tembi Rumah Budaya, Jogjakarta. Oke, tambah semangat saya karena saya memang sangat tertarik dengan tempatnya. hehehe.

Dan beginilah kronologisnya, saya pergi ke Tembi pada pukul 19.00 bersama teman saya -sebut saja Sari-. Acara akan dimulai pukul 19.30 dan saya sampai disana pukul 19.20, hoho pertunjukan belum dimulai hati pun terasa damai :). Selanjutnya saya mengisi daftar hadir dan langsung ingin masuk ke ruangannya. Eh, ngga taunya belum boleh masuk. Huks. Selalu aja ada hal memalukan yang saya lakukan :(
Akhirnya saya bersama Sari memutuskan untuk melihat-lihat lukisan yang ada di ruangan sebelahnya.

Pukul 19.30, akhirnya saya dan para penonton lain diizinkan untuk masuk. Pertama kali melihat poster acara ini saya pikir acara ini akan diisi oleh musik-musik klasik yang akan dimainkan oleh pianis dan akan dibumbui oleh vokal sang soprano. Tapi ternyata saya salah, salah. Ternyata konser ini didedikasikan untuk para komposer-komposer muda asal Indonesia. Dan lagu-lagu -atau bahasa kerennya repertoar- yang dimainkan semuanya baru dari generasi muda. Waahh saya jadi semakin tertarik. Hehehe.
Repertoar-repertoar yang dimainkan mempunyai karakter-karakter yang berbeda satu sama lain. Jujur, yang paling menempel di ingatan saya ada 3 repertoar, yaitu Kereta Terbang Sabtu Sore, Angin Rampas, dan Buntu. Saat mendengar "Kereta Terbang Sabtu Sore" maka kita akan merasa terhibur dan seperti dilempar di keadaan kereta-kereta di Indonesia. Sangat jauh berbeda dengan repertoar Angin Rampas dan Buntu. Dua repertoar tersebut sarat makna dan MJJ -bahasa temen saya, artinya mak jleb jleb :p-

Tapi saya menikmati malam itu. Terlebih juga karena Tembi ternyata tempat yang menarik dan cukup indah menurut saya dan kalau boleh jujur, hari itu pertama kalinya saya datang ke Tembi. hehehe. Dan kalau boleh jujur -lagi- baru pertama kali itu saya melihat konser seorang soprano. huuu suaranyaaa,, beda banget sama suara saya yang cempreng-cempreng gini. huks.
Yaa... saya sih berharap akan ada konser-konser gratis lagi.. hehe.. yah, bayar boleh deh asal ga mahal2. ahahahaha -tetep ogi alias ogah rugi :p-

-16 September, sehari setelah nada itu mengalun-

Senin, 12 September 2011

Aku Kangen Kamu

Kebayang ngga si saya nulis SMS ke seseorang sebaris kata diatas?
Hehehe

Walaupun malu, saya jujur mengakuinya. Hoho
Kemarin, rasa itu hinggap di relung kalbu saya. Rasa rindu kepada seseorang. Hmm… mungkin sebenarnya bukan kepada orang tersebut, tapi keadaan yang pernah terjadi antara saya dan dia.

Saya bukan orang yang bisa bilang kangen tiap hari. Ketika saya bilang kangen, berarti saya memang sedang kangen. Rasanya saya kangen ditemani dia lagi, cerita-cerita sama dia lagi, ketawa-ketawa, dan mungkin sekedar melepas lelah di bahunya. Hahahaha. Saya ingin masa kembali. Padahal itu hal yang paling tidak mungkin terjadi.

Logika saya mendadak tenggelam.
Hehehehe.

Yah, ngerasa kangen sama keadaan itu hal yang menyakitkan, apalagi kalau yang dikangenin ngga berasa :p. Makin sakit deh. Tapi kadang ngerasain rasa seperti ini menarik juga. Ketika kamu pingin suasana yang indah kembali lagi, mengenang apa yang terjadi saat itu.

Akhirnya saya cuma bisa nulis sebaris kata diatas dan akhirnya saya kirim via SMS. Lalu saya matikan saja hape saya. Mungkin sebenarnya saya hanya ingin menikmati rasa itu sendiri. Karena saya tau cuma saya yang punya rasa itu. :p

Hiyaahhh… Siapa sih yang ngga pernah ngerasa kangen?
Lalu emang salah kalau saya kangen kamu? :p

14 Mei 2011- pagi hari setelah rasa itu sedikit menguap-

Memanggil Masa Lalu

Beberapa hari ini saya selalu teriak “Kenapa sih kita ngga bisa memanggil masa lalu?”
Lalu teman saya menjawab “Bisa Luk, tapi hanya dalam ingatan.”
Saya “..., padahal ingatan itu kejam.”
:p

Ntah kenapa saya sering sekali mempertanyakan hal ini ketika saya ingin lari dari situasi yang sedang saya hadapi. Saya sering merasa bahwa masa lalu saya lebih baik daripada masa sekarang yang sedang saya hadapi. Saya merasa masa lalu selalu bisa menghadirkan tawa dan sekarang ngga.

Saya memang egois.
Saya selalu ingin lari dari kenyataan. :p

Tugas kuliah yang menumpuk, rasa yang tidak terdefinisikan untuk dia, dan bumbu-bumbu nila pada pertemanan. Rasanya ingin lari dari realita saat ini dan memanggil masa lalu yang lebih indah. Fiuh. Saya pengecut ya? :p

Saya mengakui kok, kalau saya suka lari dari kenyataan. Saya selalu pingin kembali ke masa yang lebih indah. Saya ngga pingin lari ke depan. Saya pingin ke belakang saja. Memanggil masa lalu dalam ingatan? Cih. Nambah sakit saja bagi saya.

Ahh… saya memang sedang gundah.
Sedang tidak bisa berpikir logis.
Sedang dipenuhi perasaan dan asumsi berlebihan.
Mungkin juga sedang capek.
-tulisan tanpa pesan moral :p-

Mei 2011

Kamis, 08 September 2011

Big Girl, Big World, Big Thing

“I’m a big big girl in a big big world it’s not a big big thing if you leave me
But I do do feel that I do do will miss you much. Miss you much.”


Tiba-tiba saya ingin mendengarkan lagu ini. Lagu ini adalah lagu lama tapi cukup akrab di telinga beberapa orang. Hemm… intinya lagu ini menceritakan seorang wanita yang baru patah hati. Ia mengatakan bahwa ia adalah wanita yang kuat, di dunia yang besar, dan ditinggalkan oleh seorang lelaki bukanlah hal yang besar. Tapi wanita tersebut mengakui bahwa ia jelas-jelas merindukan lelaki itu. Fiuh –menghela nafas panjang-
Saya mengakui bahwa saya seriiing sekali merasakan hal tersebut. :p Entahlah. Sepertinya saya belum berhasil menjalin hubungan yang serius dengan satu lelaki dalam jangka waktu lama. Sebenarnya ini bukan masalah besar karena saya juga masih belum merasa membutuhkannya. Saya merasa masih muda dan masih ingin mengenal dunia. Intinya saya belum siap terikat. Hehehehe. Tapi tapi tapi yang mau saya bahas disini bukan soal itu. Tetapi soal jujur sama perasaan. –gaya banged-
Sebagian teman yang kenal dengan saya akan mengatakan bahwa saya wanita yang kuat. Wanita yang mudah melupakan lelaki. Wanita yang mudah mencari cinta yang baru dari lelaki yang baru. Fiuh. Mungkin tidak semua salah. Tapi saya masih punya rasa kok. Saya sering merasa bahwa saya harus mensugesti diri bahwa saya baik-baik saja. Saya bisa berdiri dengan kedua kaki saya. Saya, ya saya baik-baik saja. Tapiii kalo boleh jujur rasa sakit itu pasti ada.
Dan seperti hari ini. Ntah kenapa kembali saya merasa ditinggalkan. Kembali saya merasa dilempar ke masa lalu dimana saat itu kita belum saling mengenal. Kembali saya diminta secara implisit untuk melupakan apa yang terjadi. Yah, itu hanya perasaan saya :p. Dan lagu yang pertama terlintas adalah lagu ini. Saya suka lagu ini. Setiap liriknya mewakili perasaan saya. Saya merasa bahwa saya adalah wanita yang “besar”, wanita yang kuat, wanita yang punya hati lapang. Wanita yang siap menerima kejutan apa yang akan didapatinya saat membuka mata. Saya juga merasa bahwa saya tinggal di dunia yang luas dimana saya bisa mendapatkan banyak hal baru yang mungkin belum saya temui sekarang. Dan tentu saja jika dia meninggalkan saya bukanlah hal yang benar-benar krusial dan fatal dalam hidup saya. Tapi, saya juga ngga bisa bohong kalau saya merindukannya. Merindukan saat-saat dan keadaan saat kita bersama.
Kenangan itu memang kejam. Dia suka seenak jidat nyantol di otak kita tanpa permisi. Padahal mereka pasti menghasilkan sensasi yang kadang kita pun ngga sanggup untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Yaah,, begitu juga perasaan saya sekarang. Saya rindu dirinya tapi saya tau rindu ini hanya boleh saya nikmati sendiri. Dan saya percaya suatu hari nanti saya akan lupa sama rasa ini. Tapi salah kalau saya bilang saya kangen sama dia hari ini?
Oya, mau membagi satu cuplikan lagu juga. Ini lagunya Mocca.

“Losing you is not the end of the world, but it’s true that is definitely hurt”

Itu menyakitkan tapi bukan akhir dari segalanya :p
Ada yang pernah punya perasaan yang sama?
Cheer up! :)
Awal Mei 2011

Selasa, 06 September 2011

Epidemi (1)

Saat saya menulis ini sebelumnya ada satu kata yang sedang nge-tren saat ini, yaitu galau. Hmm… saya tidak tau awalnya siapa dan darimana kata ini dipopulerkan sampai pada saya melihat banyak sekali orang-orang menyampaikan kepada orang lain bahwa dirinya sedang galau. Saya dan teman saya pun akhirnya merasa bahwa galau adalah sebuah epidemi.
Mungkin terdengar berlebihan, tapi bukankah penyakit yang menyerang suatu tempat dan sukar untuk disembuhkan adalah epidemi? –ngasal- Yah, pokoknya saya sampai pada keinginan untuk berpikir sebenarnya kenapa sampai ada penyakit ini? Kenapa dan kenapa? Keinginan saya untuk menemukan jawaban sampai pada suatu saat saya sedang mengikuti satu mata kuliah dan merasakan kebosanan –hal yang sangat amat biasa- lalu tiba-tiba saya ingin menulis. Jeng jeng tahap-tahap penyakit galau.

Bingung – gelisah – bimbang – dilema – gundah – labil – galau – kalut – gamang – mati rasa – disorientasi – penyakit psikologis

Oke, ini hanya pemikiran anak manusia yang kurang kerjaan aja kok. Saya bukan mahasiswi fakultas psikologi apalagi seorang psikolog. Tentu bukan. Saya hanya manusia yang sedang bosan mengikuti satu mata kuliah dan tiba-tiba ingin menuliskan apa yang sedang terpikirkan dalam benak saya. Hohoho.
Tapi terkadang saya juga berpikir. Kenapa banyak orang mengatakan dirinya galau? Apakah mereka benar-benar galau atau mereka hanya mencari perhatian dengan mengatakan dirinya galau? Kalau menurut teman saya galau itu dinikmatin sendiri, kalau sampai dia mengatakan ke seluruh penjuru dunia itu tandanya dia ngga galau. Dia Cuma cari perhatian dan pingin dikira keren. Ngga galau ngga keren. Itu singkatnya. Hemm… saya jadi tambah berpikir. –kayanya saya gaya terus ya, banyak mikirnya :p- Dan mungkin saya akan mengkategorikan dua jenis orang yang mengatakan dirinya galau. Hohohoho.
Pertama adalah orang yang pura-pura galau. Atau mungkin lebih tepatnya dia itu Cuma pada tahap bingung atau gelisah tapi dia mengatakan dirinya galau hanya karena kosakata galau sedang nge-tren. Oke, pada tipe orang seperti ini dia sebenarnya hanya ingin memamerkan pada seluruh dunia bahwa saya tau kosakata galau dan saya menggunakannya. Sama seperti beberapa orang yang mengatakan saya tau buku Socrates dan saya membacanya! –emm, ada ngga ya?- Intinya dia tidak mau kelihatan ketinggalan zaman. Satu orang menulis status atau nge-tweet kalau dia galau, maka temannya yang lain ikut-ikutan. Fiuh, kompetisi memang sahabat manusia. Hehehe… Yah, begitulah. Memang ada beberapa orang yang hanya memakai kosakata galau untuk menunjukkan dirinya eksis nan gaul. Memang, hanya sedikit kok orang kaya gini. Atau mungkin orang-orang semacam ini hanya hidup di imajinasi saya? Bisa jadi. :p

“…”


Tiba-tiba ingin mempublikasikan hasil karya ini. Hehehe –bersemu- Ini adalah puisi yang saya buat dengan hasil berpikir sendiri. Huhuhu. Lalu boleh percaya dan tidak saya yang bikin juga lho gambarnyaa… Yipiiee… ahahahaha… :p Sebenarnya gambar itu bukan ide saya sepenuhnya. Emm kayanya saya lebih baik cerita dari awal mengapa sampai ada beberapa baris kalimat puisi beserta ilustrasinya. Hemm… Beginilah kisah tersebut dimulai.
Bulan desember 2009 menjelang januari 2010. Saat itu saya semester tiga dan mengambil kelas DKV (Desain Komunikasi Visual). Kelas itu hanya untuk pengenalan saja, sehingga yang diajari pun tidak se-WOW kelas DKV pada umumnya. Kelas ini dibuka awalnya memang hanya bertujuan agar kami sedikit mengenal teknik dan warna. Tapi dosen yang baik hati itu tidak menuntut banyak dari kami yang amatiran. Hohoho. Oke oke, selanjutnya adalah tiba pada tugas akhir semester. Dosen tersebut menginginkan sebuah pameran kecil di area kampus tercinta. Baiklah, kami mahasiswa-mahasiswi yang baik pun hanya menurut. Kami diminta untuk membuat puisi beserta ilustrasinya. Puisinya boleh buatan orang lain, ilustrasinya pun boleh hasil goresan tangan ataupun utak-atik mouse komputer. Intinya bebas. Penilaiannya pun hanya sebatas apakah puisi dan ilustrasi tersebut nyambung? Apakah ilustrasi tersebut cocok untuk disebut ilustrasi?
Daan saya yang memang aujubile ngga kreatifnya dan aujubile gapteknya merasa bingung. Saya harus bagaimana? Saya harus bikin kaya apa? Saya harus minta tolong siapa? –haha parasit- Tapi saya merasa kenapa saya harus selalu minta tolong, mungkinkah saya bisa melakukan sesuatu dengan kemampuan saya yang pas-pas an ini? Putar otak. Pake corel? Kemampuan dibawah 10%. Pake adobe? Kemampuan dibawah 5%. Cari gambar dengan motret? Oke, ga punya kamera. Jalan terakhir. Gambar dan discan. Sepertinya bisa. Trus saya tiba-tiba memutar kenangan. Nilai gambar saya dari SD kan ga pernah lebih dari angka TUJUH. Oke, saya terjebak. Terjebak pada keinginan saya ingin mengerjakan sendiri dan keterbatasan kemampuan saya. Saya tersungkur. Oke, mungkin yang bisa saya lakukan adalah membuat puisinya. Paling tidak, yang dipajang itu benar-benar puisi hasil karya saya. Iya, saya pasti bangga.
Karena terinspirasi kisah nenek dan kakek yang belum lama ini dipisahkan oleh ‘waktu’ dan kesukaan saya melihat gerimis rintik-rintik. Maka saya pun membuat puisi perpisahan selamanya dan berkeinginan untuk membuat ilustrasi yang ada gerimisnya. Huhuuyyy. Satu masalah terpecahkan. Setelah saya membuat puisi itu saya pun kembali memutar otak apa ya gambar yang bagus dan AHA saya teringat novel kesukaan saya. Putri Hujan dan Kesatria Malam karya Sitta Karina, kayanya disana ada gambar yang bagus. Dimulailah pencarian saya dan VOILA saya menemukannya. Saya menemukannya, Tuhan. Saya suka sama gambar ini. Suka banget. Cewek cowok pelukan di bawah payung di tengah hujan rintik-rintik. Sip. Gambarnya ga ada muka orang, saya yang amatiran menjadi semakin percaya diri.
Akhirnya setelah berusaha mencontoh gambar tersebut, jadilah gambar yang sebenarnya sangat amat amatiran dan tidak simetris pada tubuh perempuannya. Fiuh. Ini memang gambar saya saudara-saudara. Saya yang sejak dulu dikenal tidak berbakat pada seni rupa. Tapi tidak mengapa  Saya senang bisa memamerkan semua hasil karya saya. Mulai dari puisi sampai ilustrasinya. Rasanya senang aja. Dan saya tak pernah peduli dengan nilainya. Yang penting saya senang. Dan saya juga suka baris terakhir puisi itu. Hehehe… setidaknya puisi itu bagai cenayang yang sudah mewanti-wanti saya bahwa sebentar lagi saya harus belajar merelakan. Ahahahaha. :p

-nih saya kasih bocoran puisinya-

10 tahun yang lalu di bawah hujan yang sama
Kau membuat hangat
Segala asa membara dan tak ada yang seindah hujan itu
Namun
Payung itu pun akhirnya tertutup
Dan genangan air ini pun menyimpan bisikan lirihku
“Aku tau bukan aku yang punya kamu
Hanya izin Sang Khalik untuk sayang kamu
Jadi
Kalau pun kamu harus berlalu
Aku disini harus tersenyum
Mengembalikan rasa menyimpan kenangan
Dan berterimakasih pada-Nya”

Sabtu, 03 September 2011

Mimpi untuk Blog

pingin pingin curhaatt

yah, pada akhirnya saya yang mengisi blog ini.
fiuh.
sebenarnya dari bulan april 2011 saya mulai menulis apa yang bisa saya tulis dan apa yang tengah saya rasakan -tsaahh-
yaahh saya memang punya keinginan menuliskan apa yang sering saya lisankan kepada orang2 di sekitar saya. yah, saya memang hobi bercerita.
tapiii setiap manusia pasti punya keterbatasan, begitu pula saya.
sedih rasanya menjadi orang yang gaptek. huff..
pingin rasanya mengubah tampilan blog ini menjadi seperti yang saya inginkan, tapi apa daya saya kurang menguasai hal2 seperti itu.
sedih.
pedih.
perih.

lalu lalu ada lagiii
saya sebenernya pingin juga kasi gambar di setiap tulisan saya.
ntah lewat foto atau lewat ilustrasi.
tapi lagi-lagi saya ngga terlalu suka foto dan ngga bisa gambar.
iya, saya ngga bisa gambar.
huks.
yaaahhh tapi tenangglaahh selalu ada jalan jika ada kemauan.
ini sudah saya simpan menjadi mimpi indah saya, semoga saya bisa mewujudkannya nanti.
kan bermimpi itu manusiawi, mewujudkannya adalah pilihan. hehehehe

sekilas curhat saya di tengah malam, emm saat ini pukul 22.33 WIB
tanggal 3 September 2011, hari Sabtu. :)

semoga setelah ini ada perkembangan berarti di blog ini. Amiinn -lipat tangan, berdoa khusyuk-

Alergi “Selamanya”

Saya pernah denger satu dialog dalam sebuah film di televisi yang berkata “kamu kayanya alergi ya sama kata selamat tinggal?”
Hmm tapi saya lupa judul filmnya. Hehe :D
Yah, setiap orang pasti punya kata yang paling tidak disukainya, termasuk juga saya. Saya paling paling paling alergi dengan kata “selamanya”. Waahhh… saya ngga ngga ngga suka. Itu kata-kata paling gombal dan paling ngga mungkin yang pernah ada. -apa seh, luk?-

Saya sendiri lebih memilih untuk digombalin :
“Kamu cantik hari ini.” -walau saya tahu bohong-
“Kamu wanita yang paling baik yang pernah aku temuin.” -Cuma playboy cap jengkol yang ngomong kaya gini-
“Kamu selalu mempesona.” -ini kayanya om-om deh yang ngomong-
“Kamu menarik.” –oke, ini gombalan yang pernah buat saya deg deg an-

Nah, kalau sampe ada orang yang gombal
“Aku sayang kamu selamanya.” –buang muka-
“Aku akan selalu berada di sisimu selamanya.” –bung, kita bukan kembar siam-
“Aku yakin Cuma kamu yang ada di hatiku selamanya.” –tutup pintu di depan mukanya-

Yah, yang diatas Cuma sedikit contoh gombalan-gombalan yang biasanya tercetus dari mulut insan manusia yang sedang dimabuk asmara. Tapi dari semua yang diatas, saya paling ngga suka kalau orang bawa-bawa kata SELAMANYA. FOREVER.
Jujur, saya alergi. Rasanya terlalu terlalu bohong aja. Bagi saya selamanya itu hanya milik Yang Diatas aja –bukan cicak di langit langit-. Menurut saya rasanya ngga pantas aja kita berujar selamanya. Kita ngga pernah tahu apa yang akan terjadi satu menit lagi, satu jam lagi, satu hari lagi, satu bulan, bahkan satu tahun ke depan dan kita sudah berani berjanji selamanya. Duh, saya tutup telinga aja deh.
Saya pernah membaca sebuah buku dan saya menemukan satu kalimat yang langsung membuat saya jatuh cinta.

“Don’t promise me forever. Nothing is forever. Forever is when you let it live in your heart. It’s one God owns…”
-Imaji Terindah oleh Sitta Karina-

Saya suka sesuka sukanya saya dengan kata-kata ini. Selamanya hanya milik Tuhan dan kita tidak akan pernah bisa berjanji untuk selalu dan selamanya. Hemm… itu pendapat saya saja sih. Boleh kok kita berharap untuk bisa selamanya berada dalam suatu keadaan tapi tetap menurut saya kita harus ingat bahwa selalu ada kemungkinan suatu perubahan, jadi lebih baik tidak mengatakan selamanya. –teuteup :p-

Puisi “Sepeda”

Pernah pada suatu waktu saya bersama beberapa teman saya datang ke sebuah tempat makan untuk sekedar kumpul-kumpul dan menghabiskan malam bersama. Saat itu ada beberapa teman saya yang terlihat “aku ada disini tapi pikiranku tidak ada disini”. Yah, sepertinya mereka sedang kalut. Tiba-tiba saya dan teman di sebelah saya menggumamkan kata-kata ini :

“Aku tau kalau hidup itu selalu berputar seperti roda sepeda ini
Tapi mengapa kita tidak seperti rantai sepeda yang selalu kuat mengikat satu sama lain?
Apakah karena tidak ada rem yang membuatmu selalu mengayuh ke belakang walau ingin melihat jalan di depan?”

Hmm… mungkin bisa dianggap puisi amatiran. Yah, kami buatnya juga sambil ketawa-ketawa. Kami hanya ingin merefleksikan apa yang tersirat di mata seorang teman kami dan kami juga ingin menumpahkannya dalam bentuk puisi yang dekat hubungannya dengan dirinya dan orang yang ada di pikirannya. Sedikit bocoran hubungan mereka terjalin dalam setiap kayuhan sepeda. Hehehehe :p
Yah, kalau dipikir mungkin benar bahwa hidup itu tidak selamanya berada di tempat yang sama. Mungkin benar hidup itu selalu berputar. Dan mungkin memang benar dalam hatinya berkeinginan agar terus terikat dan tidak putus seperti rantai sepeda tetapi yah apa daya tidak ada rem yang membuat mereka dapat berhenti di tempat dan waktu yang mereka inginkan. Dan lebih sayang lagi ketika mereka ingin berhenti mereka harus mengayuh ke belakang yang membuat mereka mengingat kembali apa yang mereka tinggalkan dalam setiap kayuhan sepeda itu.
Hmmm…. Mungkin sebenarnya mereka hanya ingin terus mengayuh dan berharap karena roda itu terus berputar maka mereka akan punya kesempatan untuk kembali pada waktu,tempat, dan keadaan yang mereka inginkan. Yah, Cuma mereka yang tau karena saya dan teman saya itu bukan cenayang. :p
(saya lupa nulis ini kpan, hehe... yg jelas april 2011 :))