Siapa yang sudah nonton Smurf?
Hayo, hayo, angkat tangannya… -ini udah kaya guru TK ngajar anak-anaknya :p-
Sebulan yang lalu kurang lebih -maksudnya bulan Oktober 2011 :p-, saya menonton film Smurf. Sebenarnya kartunnya cukup terkenal di kalangan anak-anak, karena banyak kartun bergambar atau buku mewarnai yang memakai tokoh kartun ini. Nah, sampai pada bulan lalu akhirnya ada juga Smurf versi layar lebar.
Eeeaaa, ngerogoh kocek, jalan-jalan ke gubuk XXI. Itulah yang saya lakukan selanjutnya. –dasar hedon!-
Jujur saya tidak terlalu familiar dengan karakter-karakter di dalam film Smurf. Sebenarnya saya juga bukan salah satu fans beratnya tapi siapa juga sih yang ngga tergoda melihat makhkluk kecil-kecil warna biru yang hidungnya besar itu? Makanya saya jadi penasaran seperti apa cerita Smurf itu.
Sedikir cerita, film ini tidak seluruhnya berupa animasi, namun campuran animasi dengan dunia manusia. –oke, saya ngga tau istilahnya-
Bercerita tentang satu kumpulan mahkluk kecil yang seukuran 3 apel yang ditumpuk secara vertical dan berwarna biru. Mahkluk ini bernama Smurf dan mereka juga dipercaya akan membawa kebahagiaan bagi siapapun yang tinggal bersama mereka. Mereka terdiri dari 99 anak Smurf dan 1 orang Papa Smurf. Dari 99 anak tersebut hanya 1 yang berjenis kelamin perempuan. Mereka hanya mempunyai satu keahlian dalam hidup mereka, oleh sebab itu mereka dipanggil dengan nama yang sesuai dengan keahlian mereka. Ada yang bertugas menjadi narrator, tukang kayu, tukang roti, atau ada si pemberani, si ngantuk, si canggung, si ragu-ragu. Yah, kurang lebih seperti itu. Kalau dipikir-pikir jadi kaya kurcacinya si Putri Salju ya? Hahaha.
Oiya, selain suka bernyanyi Smurf juga suka mengganti kosakata yang mereka punyai dengan kata Smurf. Contohnya: Oh, My Smurf –Oh, My God-.
Alur cerita dan inti cerita ini sangat sederhana. Keluarga Smurf dikejar-kejar oleh penyihir bernama Gargamel, yang ingin mengambil ekstrak biru dalam tubuh mereka. Karena ekstrak dari tubuh Smurf bisa menghasilkan keajaiban yang –seperti biasa- menimbulkan ketertarikan penyihir-penyihir untuk memilikinya. Keluarga Smurf dikejar-kejar sampai bumi atau tempat hidup manusia. Nah, disinilah petualangan Papa Smurf dan beberapa anak-anaknya untuk pulang ke negeri mereka dimulai. Mereka harus mencari cara agar bisa menemukan jalan pulang dan tentu saja dengan bumbu-bumbu kemarukan Gargamel untuk menculik mereka semua.
Hasilnya? Yah, tipikal film pasti kejahatan dapat dilumpuhkan oleh kebenaran dan keberanian, begitu pula pada film ini. Tapi yang benar-benar mengena dalam film ini adalah satu adegan dimana Papa Smurf bercakap-cakap dengan manusia yang menolongnya. Manusia ini adalah calon bapak –istrinya sedang mengandung-. Mereka sempat berbicara dari hati ke hati tentang arti kata melindungi. Lebih tepatnya melindungi keluarga. Bagaimana rasa sayang mereka ke keluarga yang mungkin sudah tidak perlu diungkapkan lagi tetapi diwujudkan dengan cara bagaimana mereka melindungi anggota keluarga mereka. Anggota keluarga mereka tidak perlu tahu seberapa besar beban yang ditanggung di punggung mereka. Mereka hanya perlu tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Oohh, saya jadi ingat papa saya. –menitikkan air mata-
Saat melihat dan mendengarkan dialog adegan tersebut saya tersenyum sendiri. Yah, setiap peranan dalam sandiwara kehidupan memang selalu punya tugas masing-masing. Dan kemarin saya diingatkan akan tugas seorang ayah. Ayah yang bertugas melindungi, menjaga, dan berada di barisan depan dalam pasukan sebuah keluarga adalah pemandangan yang mengharukan sekaligus indah.Tetap tersenyum di depan anak-anaknya padahal hatinya sedang gundah gulana juga bukan tugas yang mudah.
Yah, saya tahu yang saya tuliskan memang gambaran sosok ayah ideal dan mungkin banyak yang tidak merasakan sosok itu dalam kehidupannya. Tapi kita tidak pernah tau apa yang ada di dalam hati seorang manusia. Mungkin saja ayah yang kita kenal brengsek itu sebenarnya hanya belum sanggup menanggung tugas yang teramat berat itu. Yah, mana saya juga tau. Hehehe Tetapi saat kita mencoba memahami apa yang sebenarnya menjadi tanggung jawab seorang ayah, mungkin kita akan lebih bertoleransi jika papa kita tidak secanggih yang kita inginkan.
Satu hal yang saya tahu, papa saya sendiri mungkin tidak seideal itu. Banyak hal yang papa saya tidak bisa tanggulangi secanggih papa Smurf. Tapi dia adalah papa saya dan saya sayang padangnya.
Ciieeehhh…
Dad, I smurf you… :)
-ditulis 8 November 2011-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar