Minggu, 23 Oktober 2011

Terapi Pertama Kali

Kalau dilihat-lihat sepertinya tulisan saya yang kemarin-kemarin selalu mengacu pada satu-lelaki-yang-memberikan-banyak-arti-dalam-hidup-saya. Bahkan terlalu banyak arti, sampai-sampai yang menyakitkan juga dia berikan kepada saya. Hohoho. Selanjutnya seperti manusia biasa dia lalu melangkah pergi dan saya disini harus ekstra memperkuat daya tahan diri saya sendiri. –pake ikat kepala- Fiuh.

Tetapi tak mengapa. Sungguh, tak mengapa. Saya kuat kok –padahal dalam hati tangisannya ngalahin derasnya Tawangmangu dan rasanya pingin garuk-garuk tanah-. Yah, saya akui saya harus mengembalikan semangat dan rasa gembira saya yang sempat direnggut –asek dah, bahasanya kaya sinetron :p-. Lalu saya pun berpikir, apa ya yang bisa saya lakukan? Kuliah udah tinggal sisa-sisa –berarti ga bisa diharapkan-, kursus? ya cuma menghabiskan 4 jam bahkan kadang cuma 2 jam dari 24 jam waktu sehari saya. Emm… apa yaa…??

Saya yang tidak mau kehilangan akal –yaiyalah, masa cuma karena lelaki saya kehilangan semangat dan akal, malu sama nenek dan emak!- dan mempunyai sifat dasar yang bosenan serta suka mencoba hal baru akhirnya menemukan jawaban. Kenapa saya ngga coba hal-hal baru yang sebenarnya hal yang biasa dan mungkin sering dilakukan orang-orang tapi saya ngga pernah ngelakuin? Catat, ngga pernah. Saya pun memberikan nama ini adalah terapi pertama kali. Yeeaaahhh…

Sebagai catatan, sebenarnya saya termasuk mahasiswa tingkat akhir –ya, ga akhir-akhir amat sih-. Jika saya adalah tingkat akhir otomatis teman-teman sejawat saya juga mahasiswa tingkat akhir –yang ga ada kerjaan lebih tepatnya-. Kita semua tiba-tiba merasa waktu-waktu kita yang kemarin bikin kaya naik rollercoaster tiba-tiba menjadi normal kembali. Kami pun jadi ingin melakukan banyak hal yang belum pernah kami lakukan. Nah, pas banget kan. Saya yang mau cari pengalaman baru dan teman-teman saya yang ingin mencari kegiatan pembunuh waktu. Intinya, kita jadi berkonspirasi untuk mencari alat pembunuh waktu yang menjadikan waktu lebih berharga :).

Apa saja yang saya lakukan?

1 1 Saya memulainya dengan coba paket Spa di salon. Hohoho. Ya, saya tau mungkin bagi sebagian orang itu hal yang sangat biasa. Tapi bagi saya dan teman saya itu hal yang baru pertama kali kami coba. Kami mencoba paket yang harganya rata-rata –tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah- dan kami mencobanya di salon yang belum pernah kami datangi. Belum pernah. Kami hanya mendapatkan brosurnya, tertarik dengan paketnya, lalu meluncur. :D

2. Saya dan teman saya mencoba ikut kelas yoga. Hiiyyyaaaa,, gaya banget kamii… Jadi ceritanya di universitas kami ada semacam klinik –emm, bener ga ya namanya klinik-. Tapi disana tidak hanya untuk praktik dokter, ada macam-macam paket yang diselenggarakan. Salah satunya kelas yoga ini. Bagian yang paling menyenangkan adalah tidak membayar alias gratis. Yiiippiiieee –sorak sorai nari hula-hula- Begitulah, akhirnya sampai saat ini saya terus mengikuti kelas yoga.

3. Menonton berbagai pertunjukan. Sebenarnya saya termasuk orang yang menyukai pertunjukan-pertunjukan, apalagi pertunjukan langsung –life performance-. Tetapi banyak hal baru yang kami tonton. Contohnya, kami menonton waria-waria lip-sync –bener ngga ya tulisannya? :p- lagu-lagu terkenal sambil joget-joget dengan riasan yang aduhay. Lalu saya juga menonton seorang soprano langsung pake mata kepala saya. Mungkin masih banyak lagi pertunjukan yang saya lihat nantinya. Hohoho

4. Saya pertama kalinya ziarah ke Ganjuran sendiri –maksudnya bareng teman-teman dan tidak bersama orang tua-. Ahahaha. Disana saya hanya berdoa sendiri, makan di tempat makan dekat sana, lalu pulang. Mungkin bagi sebagian orang itu hal yang biasa, tapi –lagi-lagi- bagi saya itu adalah hal yang pertama kali saya lakukan.

Sejauh ini hal pertama kali yang saya lakukan ada hal yang diatas tetapi tidak menutup kemungkinan saya akan mencoba hal-hal lain. Seperti mencoba kursus menari tarian klasik, kursus dansa, kursus menjahit, memasak, merangkai bunga, merias pengantin, kursus bahasa asing, kursus bela diri. Waahhh saya maruk! Ahahahaha. :D

Yah, namanya juga mencoba. Hal tersebut tidak salah menurut saya. Malah bagus untuk tubuh kita sendiri. Ketika saya mencoba hal-hal baru untuk pertama kalinya, saya merasa hidup. Saya merasa debaran jantung saya meningkat, adrenalin pun ikut menggeliat. Saya merasa ada energi positif yang mengalir menuju diri saya sendiri –aseek-. Namun tetap seperti saran orang tua, janganlah mencoba hal baru yang negatif. Contohnya tiduran di rel kereta api, menjatuhkan diri dari gedung lantai 13, negak racun serangga, ngunyah racun tikus. Adoohhh, itu mah namanya bukan mencoba hal baru yang bikin makin hidup tapi mencari kehidupan baru setelah kematian –lho? :p-

Sebenarnya saya sih cuma menyarankan aja, tapi kalau tetap mau mencoba hal diatas ya silakan. Saya bisa apa sih? Ini kan hidup lo, bukan hidup gw. Hehehe :p

Begitulah pengalaman saya. Terapi pertama kali berefek baik untuk kelangsungan hidup saya. Saya menjadi lebih semangat, mata lebih cerah, hidung lebih besar –maksudnya nafasnya jadi lancar-, senyum semakin gemilang, muka pun tampak sumringah. Menurut saya sih, ngga tau menurut orang lain. Hehehe :p

-Ditulis 8 Oktober 2011-

2 komentar:

  1. and i'm a part of those first experiences. hohoho..
    berkat luki, akhirnya aku bisa ngerasain itu semua. haha.. makasih, luk!!!

    BalasHapus
  2. hahaha iya, baru sadar kamu ikut ngerasain semua kecuali nonton soprano. haha. tunggu bagian jelajah museum ya. hoho

    BalasHapus