Kamis, 06 Oktober 2011

Depresi, Kecewa, Cinta

Saya adalah wanita biasa yang suka cerita-cerita. Hehehehe.

Bener lho.

Saya suka bercerita dan mendengarkan cerita dari siapapun itu. Rasanya bercerita dan mendengarkan cerita itu adalah vitamin tersendiri buat kelangsungan hidup saya. Hohohoho. Bahkan ada teman saya yang pernah bilang kalau saya bagaikan radio yang ngga pernah berhenti ngomong. Ada juga yang pernah bilang “kalau kamu diem, ntar hujan turun.”

E buzzeett yang ini mah bikin saya berasa jadi pawang ujan ajee… :p

Yah, dari cerita-cerita temen-temen ada satu cerita –masih soal cinta- yang terdengar amat sangat klise. Si cewek suka sama cowok tapi cowok itu seakan-akan ngga tau. Cowok itu ngga peka untuk merasakan kehadiran cewek itu. Dan sampai disini ada dua hal yang terjadi.

  1. Si cowok yang tidak peka itu tetap tidak peka dan tidak bersama cewek lain juga dengan alasan yang masih jadi tanda tanya.
  2. Si cowok yang tidak peka itu tetap tidak peka dan akhirnya memilih cewek lain dan masih dengan tidak pekanya bercerita pada cewek yang menyukainya diam-diam bahwa ia habis menyatakan cinta.

Hiyaaa… Emm… di umur saya yang sudah menginjak kepala dua ini saya pernah merasakan keduanya. Ahahaha.

Baiklah saya mau membahas yang pertama dulu. -yang kedua dibahas di posting selanjutnya saja :p- Si cowok yang tidak peka tetap tidak peka dan tidak bersama cewek lain. Fiuhh… Kalau anda adalah tipe yang diam-diam menyukai seseorang pasti pernah merasakan hal ini. Kalau anda adalah tipe yang suka memandangi orang yang anda suka dari jauh, pasti pernah merasakan hal ini. Pasti anda suka bertanya-tanya setiap hari

“Dia tau ngga sih, kalau aku ada?”

“Kenapa sih dia ngga nembak cewek lain aja, biar aku ngga kegeeran?”

“Kenapa dia baik banget sih sama aku? Apa dia juga menyimpan perasaan yang sama?”

Hayoo hayooo ngaku,, pernah ngga ngerasa kaya gini? :p

Yah, itu hal yang lumrah kok. Apalagi di masa remaja. Pasti ada perasaan seperti ini yang hinggap tiba-tiba dalam relung kalbu. Mungkin ada juga yang merasakan hal ini sampai dewasa. Siapa tau. :p

Dan saya pun terjebak dalam obrolan seperti ini lagi. Ketika teman saya bercerita bahwa ia sedang merasakan desiran yang berbeda di dalam hatinya karena seseorang. Selanjutnya desiran itu semakin kuat karena orang tersebut tampaknya punya perasaan yang sama. Namun sayangnya hubungan itu tidak ada kemajuan. Pada akhirnya hanya menimbulkan tanda tanya yang kian membesar dan akhirnya berubah menjadi perasaan depresi.

Depresi yang terus menerus hinggap itu akhirnya menumbuhkan rasa kecewa tersendiri dalam hati. Kecewa ketika lama-kelamaan kita disadarkan bahwa dia tampaknya tidak melihat kita. Kecewa ketika harapan tidak berjalan sesuai kenyataan. Yah, akhirnya rasa kecewa itu ada dan nyata.

Tapi dua perasaan itu dimulai dari apa? Yah, dari sebuah kata yang sederhana “cinta”. Dari cinta itulah segala rasa itu ada. Dari cinta itulah segala asa bisa menguap. Yah, dari rasa cinta itulah. Dan akhirnya kita pun cuma bisa berserah. Kita cuma bisa mengatakan “rasa ini gabungan antara depresi, kecewa, dan cinta”. –itu kata-kata temen saya lho “ :p-

Ya ya ya, saya juga pernah merasakan rasa ini. Waktu masih sekolah. Sekolah menengah pertama lebih tepatnya. Saat saya menyadari bahwa saya menyimpan rasa yang berbeda dengan orang yang duduk di sebelah saya. Ketika saya menyadari bahwa dia terlihat lebih indah dari orang lain yang ada disekeliling saya. Sayangnya saya yang lebih suka memendam rasa akhirnya cuma berani melihat dia dari jauh. Memberikan perhatian-perhatian kecil yang mungkin tidak pernah ia sadari. Ketika ada secercah harapan dia menyambut perasaan saya, ternyata itu hanya fatamorgana. Cuma kelihatannya aja, tapi tidak nyata. Tapi saya tetap tidak bisa menghapus rasa itu dengan cepat ditambah lagi dia tampak tidak bersama orang lain. Semakin tidak mudah untuk saya mensirnakan rasa ini. Hehehe

Memang waktu adalah obatnya. Waktu yang membuat saya perlahan-lahan menenggelamkan rasa ini. Waktu yang membantu saya membenamkan asa antara saya dan dia. Ya, cuma waktu.

Saya tidak bisa menyarankan apa-apa untuk teman saya yang sedang merasakan tiga rasa itu. Yang bisa saya katakan, nikmati saja rasa itu. Syukurilah karena kamu pernah mencicipi rasa seperti itu. Biarkanlah rasa itu sampai ia menguap dengan sendirinya karena waktu. Pedih sih, berat sih, tapi yakin saja kalau kamu bisa. :)

Saya tidak mungkin menyarankan, bilang aja kalau kamu suka sama dia. Tunjukin kalau kamu suka sama dia. Biarkan dunia tahu. Ahahaha. Yah, itu salah satu kemungkinan, tapi semua itu balik ke orangnya kok. Seberapa berani orang itu menyatakan perasaannya. Kalau memang dia merasa lebih baik memendamnya dalam hati ya silakan. Tidak ada yang salah kalau bicara perasaan. Karena toh yang akan merasakan akibatnya juga yang punya perasaan itu kan? Hehehe.

Mau kamu pendam perasaan itu atau mau kamu sampaikan, semua itu adalah keputusanmu. Asalkan kamu sudah memikirkannya pasti perasaan menyesal pun akan berkurang. Hohoho –teori ngasal-

Eh, ada lirik lagu yang mungkin bisa menggambarkan perasaan ini:

“And I wonder if I ever cross your mind?

For me it’s happened all the time…”

Need You Now-Lady Antebellum

“There’s always time like this when I’m think of you and I wonder if you ever think of me

Cause everything so wrong and I don’t belong living in your precious memory”

A Thousand Miles-Vanessa Carlton

Hehehe. Bersabarlah, kalau jodoh ngga kemana kok, teman :p

-ditulis akhir Juni 2011-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar