Rabu, 19 Oktober 2011

‘Radio’

Pingin cerita soal diri sendiri nih. Hehehe.

Narsis dikit :p –kaya biasanya ngga,luk :p-

Tadi malam ada seorang teman yang menginap di rumah saya. Seperti yang sudah dapat diperkirakan oleh teman-teman dekat saya, bahwa saya akan mengajak ngobrol dia dari malam hingga ngantuk. Hehehe. Bahkan kata temen saya, baterai saya baru abis jam 3 pagi. Ahahahaha.

Selanjutnya percakapan pun akan dilanjutkan saat bangun tidur, berakhir sampai kita sadar matahari telah mencapai tempat tertingginya dan ketika itulah saatnya kita membersihkan diri alias mandi.

Ya, rekor saya dalam bercerita emang lumayan oke. Saya suka ngobrol sama teman saya seolah-olah besok tidak ada waktu untuk kami mengobrol. Nah, karena alasan itulah saya dijuluki radio. Sesungguhnya ada 2 alasan mengapa saya dijuluki radio :

Rata Penuh1. Saya kalau ngomong susah berhenti kaya radio. Sebenarnya awal mula julukan ini diberikan oleh teman saya. Ceritanya waktu itu saya dan dia berkendara bersama –boncengan- dengan motor dari Jogja ke Solo. Saya bonceng dia. Saat kita pergi ke Solo hari sudah beranjak malam dan tentu saja saat kita pulang dari sana hari sudah benar-benar gelap –jadi kita hanya main ke Solo dan pulang pada hari itu juga-. Semua pengendara pasti merasakan hal yang sama, ketika sudah mulai malam, jalanan sepi, potensi untuk mengantuk pasti besar. Begitu pula yang dirasakan oleh teman saya. Karena saya mengkhawatirkan kemungkinan terburuk, maka saya pun mengajak dia ngobrol sepanjang perjalanan. Sepanjang perjalanan, saya ulangi. Saya terus mengajak ngobrol sampai tempat tujuan dan keesokan harinya ada percakapan antara teman yang berkendara sama saya dengan temannya yang lain.


Teman yang lain (TYL) : “Kemarin ke Solo boncengin siapa?”
Teman yang berkendara (TYB) : “Boncengin Luki. Aku seneng boncengin dia.”
TYL : “Weh, kenapa?”
TYB : “Soalnya dia kaya radio. Ngomong ga berenti-berenti. Jadinya ngga ngantuk. Padahal sebenernya aku ngantuk banget waktu itu.”


Oke, tolong garis bawahi ngomong ga berenti-berenti. Sial. Berasa rem mulut saya ngga berfungsi lagi. :( Tapi ngga papa lah, karena kecerewetan saya dia ngga ngantuk lagi dan tidak terjadi hal yang terburuk dalam berkendara. Hohoho –self justification- :p

Setelah itu setiap kali saya boncengan sama dia dan teman saya yang beda motor ngeluh kalau ngantuk, pasti dia dengan bangga dan entengnya bilang “makanya punya radio dong”. Sambil nunjuk ke arah saya yang duduk manis di belakangnya. Sial.

Dapat ditebak untuk selanjutnya setiap saya mulai cerita, cerita, dan cerita, teman-teman saya yang lain pun ikut nyeletuk “emang bener ya kamu tuh radio”. Terimakasih.

2. Saya kalau cerita terus merasa ada lirik lagu yang nyambung sama cerita saya, biasanya saya lanjut dengan menyanyikan lagu tersebut. Kata temen saya, saya jadi kaya radio berjalan, dimana-mana hobinya nyanyi. Bahkan saya pernah keceplosan nyanyi di depan dosen jurusan lain. Hehehe –maaf, pak- Walaupun saat itu suasananya tidak terlalu formal, namun saya menyanyi di dalam kantor jurusan jurusan lain dan itu di depan dosen yang baru sekali saya temui. Emm… sebenarnya saya hanya menggumam aja nyanyinya tapi menurut teman saya yang ikut menemani saya itu sudah memalukan. Hehehe. Saya sih ngga gitu berasa. :p

-ceritanya ini saya, si radio :p-

Yaaa, seperti itulah sekelumit kisah tentang saya. Dijuluki radio berjalan merupakan salah satu penghargaan. Paling tidak saya bisa menghibur orang lain dengan ocehan-ocehan ngga mutu yang keluar dari mulut saya. Walaupun kadang saya juga berdoa, semoga teman-teman saya ngga jadi bosan dan bête dengan cicicuit saya. Hohoho.

-ditulis tanggal 2 Oktober 2011-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar