Awal bulan.
Seharusnya ini menjadi awal dari segala yang baik-baik dalam benakku.
Tapi pagi tadi semua berubah seiring dengan meluncurnya banyak kalimat dari seseorang yang membuat otakku merasa dikosongkan.
Membuatku semakin merasa bahwa harapan dan kenyataan sedang berada dalam rel yang berbeda.
Fiuh.
Aku tak tahu harus bagaimana.
Bulan November yang biasanya menjadi bulan penuh harapan menjadi bulan penuh ratapan.
Aku tidak mengerti apa yang ada dalam pikiranku.
Semuanya bercampur dan berkecambuk menjadi satu.
Apakah aku menangis?
Inginnya, tapi tak bisa.
Apakah aku putus asa?
Seharusnya, tapi ternyata tidak.
Apakah aku berhenti berjalan?
Tidak, aku menyeret langkahku, namun kesukaran itu hal yang nyata kurasakan.
Ini bukan fatamorgana apalagi ilusi semata.
Hemm... Seandainya aku boleh meminta, ingin kupinta satu hal.
Ya, satu hal kepada "kenyataan".
"Hai, kenyataan maukah kau berteman dengan harapan?
Maukah kau sekali ini berjalan beriringan bersamanya?
Menilik satu titik kebersamaan yang bisa menimbulkan rasa aman dan nyaman untukku?"
Itu permintaanku dalam memulai bulan ini.
Semoga desau angin dingin ini menyampaikan pintaku dan rintihan pilu gemuruh dapat mengetuk pintu hatimu sehingga kau mau berdamai dengan keinginanku.
Seharusnya ini menjadi awal dari segala yang baik-baik dalam benakku.
Tapi pagi tadi semua berubah seiring dengan meluncurnya banyak kalimat dari seseorang yang membuat otakku merasa dikosongkan.
Membuatku semakin merasa bahwa harapan dan kenyataan sedang berada dalam rel yang berbeda.
Fiuh.
Aku tak tahu harus bagaimana.
Bulan November yang biasanya menjadi bulan penuh harapan menjadi bulan penuh ratapan.
Aku tidak mengerti apa yang ada dalam pikiranku.
Semuanya bercampur dan berkecambuk menjadi satu.
Apakah aku menangis?
Inginnya, tapi tak bisa.
Apakah aku putus asa?
Seharusnya, tapi ternyata tidak.
Apakah aku berhenti berjalan?
Tidak, aku menyeret langkahku, namun kesukaran itu hal yang nyata kurasakan.
Ini bukan fatamorgana apalagi ilusi semata.
Hemm... Seandainya aku boleh meminta, ingin kupinta satu hal.
Ya, satu hal kepada "kenyataan".
"Hai, kenyataan maukah kau berteman dengan harapan?
Maukah kau sekali ini berjalan beriringan bersamanya?
Menilik satu titik kebersamaan yang bisa menimbulkan rasa aman dan nyaman untukku?"
Itu permintaanku dalam memulai bulan ini.
Semoga desau angin dingin ini menyampaikan pintaku dan rintihan pilu gemuruh dapat mengetuk pintu hatimu sehingga kau mau berdamai dengan keinginanku.
-1 November 2011, ketika berpikir dalam otak yang kosong-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar