#ceritahujan
Tes Tes Tes
“Eh, hujan hujan…”
Kutengahdahkan kepalaku, ya benar ini hujan. Hujan pertama yang aku rasakan setelah berbulan-bulan dia absen dalam kehidupanku. Padahal aku baru saja sampai di panggung terbuka untuk menonton sebuah pertunjukan, kenapa hujan?
“Aduh, hujan. Tadi harusnya bawa mantol ya? Hahaha.”
Seperti biasa, hujan selalu bisa mencuri perhatian setiap orang. Ribut-ribut di sekelilingku ini tidak serta membuat aku ikut masuk ke dalamnya. Entah mengapa hujan seperti membawaku ke tempat lain dan bukan disini. Huft, dasar hujan melankolis. Kenapa juga aku jadi mikir aneh-aneh. Aku kan kesini juga dalam rangka melupakan apa yang selalu hujan bawa untukku. Emm… tunggu… yang di depan itu kan… dia…
“Dia nonton juga tuh.” Kataku pada teman sebelahku.
“Hah? Dia siapa? Oh, iya iya, mana..?” sahut temanku.
“Tuh satu baris ke depan sama kamu, tapi dia paling depan.” Jawabku.
“Wah, sinyalmu kuat ya. Itu kan jauh.” Kata dia sambil manggut-manggut.
“Soalnya dia masih disini.” Jawabku sambil memegang dadaku.
“Huahahahaha. Oke-oke. Dasar gombal.” Tawa temanku.
Tiba-tiba gerimis yang tadinya hanya butiran-butiran yang jarang berubah menjadi butiran yang rapat. Dan sialnya aku tidak memakai jaketku yang ada tudungnya. Jadilah aku hujan-hujanan disini. Tapi pemandangan ini terlalu bagus untuk membingkai kisah hujanku, kenapa juga aku harus ikut-ikutan ribut pake payung atau mantol. Biarlah aku hujan-hujanan.
ujan-ujanan ku yang pertama kulewati bersamamu lagi dengan keadaan yang berbeda
Yah, hujan yang turun tahun lalu juga banyak kulewati bersama seseorang yang ada setengah meter di depanku. Tertutup beberapa punggung tapi aku masih bisa melihatnya. Aku ingat semua tentang aku dan dia. Bulan-bulan hujanku dengan dia adalah ceritaku dan dia. Bau hujan ini dan basah yang aku rasakan semua juga menjadi latar kisahku dan dia. Memori tentang dia benar-benar menginap gratis di otakku.
dahulu ketika air itu melewati kita ber2, kita bs bertatapan, tapi saat ini semua sudah berubah
Slide itu muncul kembali. Penyakit vertigo kenangan yang sudah lama sembuh kembali kumat dalam dinginnya hujan. Aku masih ingat ketika aku meminjam mantol hujanmu atau mungkin ketika kau mengucapkan kata indah –yang sampai sekarang masih bisa kuingat dengan jelas- setelah hujan menyirami kita berdua. Tidak mungkin aku melupakan saat kita berdua berjalan berdampingan melewati hujan itu. Kau meminta untuk berhenti dan berteduh dan akhirnya kita berdua pun duduk bersebelahan diselimuti hujan. Katamu kau berterimakasih karena hujan membuat kita jadi bisa bercerita banyak berdua. Atau saat kau berjalan di sampingku disertai gerimis-gerimis kecil dan aku memegang ujung bajumu, yang pada akhirnya menimbulkan kerutan di dahimu dan pertanyaan “kenapa?”. Ku katakan bahwa keseimbanganku menurun dan aku bisa tergelincir kapan saja. Dan kau pun tertawa, mengatakan bahwa tidak biasa aku berlindung padanya, namun kau tetap membiarkan aku memegang dirimu dan kau pun merapatkan tubuhmu padaku. Mana mungkin aku lupa saat kita basah kuyup bersama, saat kau menawarkanku jaketmu untuk mengobati rasa dinginku. Dan aku pun menolak, kukatakan aku sudah punya jaket. Aku tidak romantis, jawabmu padaku.
aku hanya bisa memandang punggungmu dari jarak yang cukup jauh ketika hujan itu menyelimutiku
Sekarang? Semua sudah berubah, sayang. Aku yang dahulu bisa merapatkan tubuhku padamu, mencari suhu hangat dari ragamu, atau sekedar bercerita membunuh waktu denganmu tak mungkin lagi kulakukan saat ini. Bahkan aku hanya bisa memandang punggungmu. Kita bersama dengan keadaan yang berbeda. Bukan aku atau kau yang berbeda. Aku tetap menjadi anak bandel yang tidak peduli kalau besok terkena flu karena hujan-hujanan dan kau masih orang yang sama yang memilih tidak memakai jaket demi merasakan basahnya hujan itu. Keadaan kita berdualah yang berbeda. Jarak antara kita berdua yang semakin terlihat dan hujan ini. Bahkan hujan ini pun tidak dapat mempersatukan apa yang pernah disatukan.
-bersambung ke posting selanjutnya karena kepanjangan :p-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar