Selasa, 04 Juni 2013

So Long Story

ini hanya proses pemanggilan serpihan kenangan, tidak ada maksud lainnya, terimakasih

15 -16 November 2009

Pertama kali melihatmu, pertama kali terpesona oleh parasmu. 
“Boleh, nih” gaungku di dalam hati. 
Waktu yang mempertemukan kita, waktu pula yang membuat kita dekat. Tak ada yang perlu disalahkan ketika kita pun berselisih jalan dalam satu bingkai kehidupan.
Ketika kebetulan menjadi sebuah pertanda, seringnya kita bersama dalam setiap kesempatan, di dalam setiap ketidaksengajaan. 
Aku, yang hanya manusia biasa, melihat celah cantik antara kita, mengambil semua celah untuk berusaha mengetahuimu. 
Aku tak menyangka, maka tak bersiap-siap. 
Setiap aku mencari, aku menemukan lebih dari yang ku sangka. 
Aku tertarik, ya aku tertarik padamu.

4-6 Desember 2009

Tiga hari terindah yang pernah ada. 
Bersamamu, mendengar suaramu, melihat matamu, mencium wangimu, bersenandung bersamamu, tertawa, cerita, menggoda...
Seharusnya kusalahkan semesta, karena tiga hari ini yang membuatku yakin untuk terus mencari celah agar bisa membuat kamu merasa bahwa aku ada dan ingin selalu ada.

Bulan demi bulan terlewati. 

Tak setiap hari kudengar kabarmu namun itu yang membuatku selalu ingin mencari. 
Penasaran aku tentangmu, penasaran aku ingin dekat denganmu. 
Dua jam di stasiun, lebih dari 50 kilo hujan-hujanan bersamamu, kue kering penuh terimakasih, canda tawa di angkringan, memimpikanmu selama 7 hari berturut-turut, dan caramu mempersilakanku maju ke altar terlebih dahulu ketika komuni. 

Semua itu tentangmu, hanya tentangmu.

Atau mungkin hanya tentang bayangmu…

Karena lima bulan yang terlewati terasa begitu cepat, menyenangkan namun berakhir dengan menyakitkan.
Mungkin kita saling memberi dan menerima di waktu dan keadaan yang kurang tepat.

29 Mei 2010

Air mata yang sudah diprediksikan, walau tetap saja berjatuhan. 
Menangisi semua keadaan, menceramahi semua kesempatan. 
Kata tanya mengapa, kenapa, selalu bermunculan.
Adakah jawabnya?
Tentu tiada yang ditemukan.
Mencaci maki, menata hati.
Apa yang sebenarnya terjadi?

Berbulan-bulan kemudian aku kembali menelaah tentangmu.
Bukan, bukan menelaah bagaimana caranya bisa bersamamu dan menghabiskan waktu denganmu, melainkan menelaah apa arti hadirmu disini yang manis diawal namun terasa getir di akhir.

Mungkin…

Kamu hadir untuk mengajarkanku agar tidak selalu menjadi pengecut

Kamu hadir agar aku selalu bersemangat menjalani hari yang terkadang berat

Kamu hadir agar aku bisa membedakan antara rasa dan asa

Kamu hadir agar aku belajar untuk merelakan dan mengikhlaskan

Kamu hadir agar aku belajar untuk benar-benar memahami arti di balik langit biru yang luas

Kamu hadir agar aku belajar bangkit dari rasa terjatuh yang parah

Kamu…

Kamu akan selalu menjadi kenangan terindah yang tak akan pernah kukejar lagi

Kamu akan selalu menjadi kumpulan asa yang melebur dalam setiap helaan doa

2 November 2010

Pertama kali aku belajar untuk bersama orang lain.
Di pojok kecil hatiku masih ada kamu, tetapi hanya untuk disimpan, bukan dikejar.

4 Juni 2013

Tiga tahun berlalu dari serangkaian kisah ini.
Aku sadar namamu ada, dan mungkin akan selalu ada.
Namamu ada untuk mengingatkanku atas semua pelajaran yang datang bersama hadirmu.
Satu yang kuyakini, kamu datang untuk mengajariku pelajaran hidup.

Tahun ini pula kamu akan menjadi kekasih selamanya wanita yang kamu pilih.
Bukan, itu bukan aku.
Tapi aku akan menyelipkan namamu dalam setiap doaku, agar kamu bisa menjalani pilihan barumu itu dengan sepenuh hati dan jiwa.
Semoga kamu bahagia, selalu. :)

Ps : catatan ini didedikasikan untuk seseorang dari masa lalu yang tak bisa dipungkiri sangat mengena di hati, seseorang yang hanya bisa tinggal di hati namun tidak di hidupku. 
Ia akan melangkah menuju jenjang yang baru dalam kehidupan, semoga dia baik-baik saja.
Aku? Tentu juga sudah melangkah pergi bersama orang lain :).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar