Sabtu, 20 April 2013

Pendakian Para Amatiran

Kemarin sampe mana ceritanya?

Ohya, sampai di tangga penanjakan. Hehehe

Setelah puas di tangga dan setelah Meita kembali bugar, kami langsung menuju parkiran jeep.
Ternyata kami sampai duluan sebelum 3 orang lainnya. Kesempatan ini saya gunakan untuk bribik bapak supir dan mendapatkan nomor teleponnya. Hohoho –bakat ya, luk-. 

Ini penting banget lho, karena saat ini kan kami 'anak baru' banget dan akhirnya terperosok pada tour travel yang kami bahkan ngga tau namanya apa. Nah, lain kali kalo ada diantara kita pingin kesana atau ke daerah deket-deket sana kita udah punya backingan bapak supir jeep yang bakal ngasi harga lebih murah. Dan jujur saya senang sama bapak supir ini, karena informatif sekali. 
Bapaknya ngga goda-godain kaya mas supir avanza, ngga nanya banyak tentang kita, tapi cerita banyak tentang wisata-wisata alam di dekat Bromo. Jadi, kalau pingin kesana lagi kita bisa pilih tempat wisata lain dan kita bisa langsung hubungi bapak ini. :) Btw, namanya Pak Yadi.

Cerita sedikit, saya senang dapat tour guide macam ini. Beliau benar-benar tau kita kesini buat liburan dan bukan buat diresein. Beliau ngga nanya-nanya kita kuliah dimana atau hal-hal yang terlalu pribadi tapi malah nawarin tempat-tempat bagus lainnya. Plus ngasi tau kisaran harganya. Dulu, waktu liburan di Bali sama keluarga saya, kita juga dapat supir macam ini. Begitu dapat nomor teleponnya, langsung saya save. Lumayan kan, buat nambah-nambah koleksi nomor telepon travel :D.

Saat masuk jeep, keadaan lebih cair. Tadinya tidak ada percakapan antara kami dengan 3 penumpang jeep lainnya, tapi sekarang karena kami punya misi untuk minta foto dari mas bule, akhirnya kami pun membuka percakapan dengan menawarkan permen.

Terus selanjutnya ngobrol-ngobrol ringan dan dengan sekali bribik, Nilam  pun meminta foto-foto yang ada di kamera turis asing yang sendiri itu. 
Saat Nilam meminta foto, sempat terjadi percakapan yang agak muter-muter. Nilam berusaha menjelaskan bahwa kami anak-anak yang mungil ini ngga bisa dapat gambar bagus disana, dan tebak mas bule bilang apa? 
"Oh yeah, I know, small"
-_______-"
Tertohok. Tepat di jantung hatiku. 
Tapi saya pun ngga kalah songong, alih-alih bertanya ‘siapa namamu?’ malah tanya ‘tadi bisa dapat gambar yang bagus?’

Hiyaaaa oportuniiissss

Tapi akhirnya dapat lhoo, untung saya selalu bawa flash disk di dompet. Ternyata berguna banget di saat seperti ini! :)

Jeep sempat berhenti 2 kali dan bapak supir mempersilakan kami untuk mengambil gambar di daerah situ. Bapak supir juga memberi tahu tempat yang namanya savanna dan pasir berbisik. 
Jadi, savanna itu padang rumput yang luas dan ada juga gundukan-gundukan yang berwarna hijau sementara pasir berbisik keadaannya berkebalikan dengan savanna. 
Pasir berbisik adalah tempat yang tidak ada hijau-hijaunya alias pasiirr semua. 
Bahkan ada gundukan-gundukan kaya gunung kecil pun isinya pasir semua.

yeeyyy pasiirr :p

Saya, Meita, dan jeep coklat :)
Pemandangan dari jauh

Akhirnya bisa foto bertiga tanpa timer! :p
Selesai pada perhentian-perhentian tersebut, akhirnya kami sampai di main course deng deng Mount Bromo atauu gunung Bromo.  Yipiiieeee.

Dari parkiran jeep kita bisa jalan kaki atau naik kuda, dan seperti yang sudah dapat ditebak, kami bertiga memilihh jalan kaki. Lumayan jauh lhoo.

Kami juga melewati sebuah Pura dan banyak banget kuda yang berkeliaran yang mana menyebabkan badai pasir dadakan. Yaiyalah secara tu kuda-kuda kalau jalan keteplok-keteplok dan akhirnya pasirnya kemana-mana deh. Selain itu kuda-kuda itu pun pinter buat ranjau pupup. Banyak banget ranjau disana dan saran aja, kita harus ekstra hati-hati dalam melangkah!

Pura di kaki Bromo
 Setengah perjalanan Nilam KO. Dia merasa ngga sanggup lagi melanjutkan perjalanan sampai di atas gunung. Apalagi menuju gunungnya kita harus naik tangga. Nilam menyerah dan memilih menunggu di bawah. Yaahhh apa mau dikata, daripada telat nyampe jeep lagi, akhirnya saya hanya berdua dengan Meita jalannya.

Apa? 
Ada yang penasaran sama keadaan 3 bule yang bersama kami?
Ngga usah ditanya, mereka udah ngga kelihatan jauh di depan. Kaki mereka kan panjang-panjang lagipula mereka pasti hobi jalan di negara mereka, jadilah kami tertinggal di belakang :(.

Kelelahan di padang pasir :((
Setelah menempuh perjalanan yang yah lumayan jauhnya itu, akhirnya sampai juga di tangga menuju kawah Bromo. Berjuanglah saya dan Meita untuk mencapai puncaknya.

Berhasilkah kita?

Yaiyaaalaaahhh pasti berhasil! –gayaaaaaa-

Walaupun pas turun Meita jackpot lagi -___-.

Bromo memang indah saya akui.  Apalagi jenis gunung Bromo kan beda dari gunung yang lain. Di dalam gunung Bromo kaya ada kawah yang besaarr yang selalu mengeluarkan gas. Berasa panci dalam skala besar tanpa api. Namun jujur saya akui, banyaknya orang membuat saya kurang bisa menikmati Bromo apalagi dengan beberapa polusi yang ditimbulkan dari keteplok kaki kuda. 
Yaahh yang ada saya sibuk nutup mulut dan hidung dengan syal saya.

Bromoo
Bromo jugaa, agak di-zoom

'dalamnya' Bromo
  
Sesudah menyelesaikan pendakian amatiran kami kembali ke jeep dan ternyata kami sudah ditunggu 3 orang bule. Mereka terlihat ikut senang kita bisa menyelesaikan trip yang panjang dan melelahkan itu. Hehehe.

Sesampainya di penginapan mereka, kami langsung turun dan kami liat-liatan, duh aduh jadi minta fotonya ngga yaa? 
Duh kok mereka udah jalan ke dalam? 
Duh, gimana doongg?

Inilah moment now or never yang sesungguhnya!

Kami benar-benar harus memilih sekarang atau ngga sama sekali! 
Karena agak mustahil kan kami bisa bertemu bule itu lagi??

Dan kami pun memilih.

NOW!!!


Saya dan Meita mengejar bule tersebut, bertanya kepada resepsionis dan ntah kenapa ada mas supir avanza. Dan dia lah yang memberitahu kami dimana kamar mas bule. Yahh, akhirnya dia berfungsi dengan baik juga. Hahaha.

Kami meminta foto tersebut baik-baik dan ternyata kami diberi 300an foto. 
Wooowww. 
Mejik. 
Senaaang.
Hati gembira dan akhirnya kami kembali ke penginapan lembab nan bau itu :(.
 
Kami siap-siap dan menunggu jemputan untuk kembali ke kota Probolinggo. Sambil menunggu, kami memikirkan apakah kami akan ikut ke hotel Bromo Permai yang ditawarkan oleh Mas Supir, ataukah kami akan mencari hotel sendiri yaitu hotel Rela Hati yang ditawarkan oleh Bapak Supir.

Hati memang tidak dapat dibohongi.

Perasaan kesal dan tidak simpatik yang kami tujukan ke mas supir mengantarkan kami pada sebuah keputusan, yaitu mencari hotel sendiri di kota Probolinggo.
Yup, petualangan di Kota Probolinggo pun akan kami mulaaiii :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar