26 Oktober 2011
Here's come jelajah museum kedua...
Deng deng deng
Ke museum yang di pinggir ringroad. Hohohoho
Emm saya yakin orang-orang yang tinggal di Jogja mengetahui museum ini dengan teramat sangat walau mungkin ada beberapa yang mengaku malu-malu bahwa belum pernah masuk sana. -ya gapapa sih dimaafkan- Jadi museum yang saya maksud ada Museum Monumen Jogja Kembali atau biasa dikenal dengan sebutan Monjali.
Menurut pandangan pribadi saya, museum ini cukup atau bisa dibilang sangat terkenal di Yogyakarta. Semua orang tau keberadaan museum ini dan sering menjadikan museum ini sebagai ancer-ancer jalan. Selain itu letaknya juga sangat terlihat, di pinggir ringroad bookk, kurang terlihat apalagi cobaa.
Nah, untuk melengkapi penjelajahan museum kali ini, saya bersama 2 teman kental saya -Lulu dan Unin- pergi untuk menyambangi museum tersebut.
Seperti yang sudah saya bahas, museum ini terletak di pinggir ringroad utara, di antara belokan ke Hyatt dan Terminal Jombor. Bangunannya besar dan lahannya luas jadi langsung bisa ketahuan deh yang mana museumnya. Tiket masuknya ngga jauh beda Rp 5.000,- saja. Dan selanjutnya kita bisa liat hamparan tanah luas dan gedung besar yang sekilas seperti kerucut yang dikelilingi kolam ikan. Oh ya, ikannya besar-besar lho disana tapi saya ngga menyarankan untuk mancing disana.
ini gambar gedungnya, kerucut gtuh kan |
Ada 3 lantai di bangunan ini. Lantai 1 dan 2 dipenuhi oleh sejarah perlawanan anak bangsa. Jadi, ngga semuanya hanya berkisar pada peristiwa 1 Maret 1949, atau dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret yang identik dengan sejarah keberhasilan rakyat Indonesia mengambil Jogja kembali dari tangan Belanda yang tidak mengamini kemerdekaan Indonesia.
Seperti museum pada umumnya disini banyak diorama-diorama dan patung-patung yang menampilkan pejuang-pejuang saat zaman penjajahan dahulu. Namun, sesuai dengan namanya kejadian yang dikupas di museum ini hampir semuanya yang berkaitan dengan Yogyakarta, walaupun ada juga beberapa patung pejuang yang berasal dari daerah lain. Selain patung ada pula beberapa barang-barang replika pada zaman perjuangan. Misalkan ada sepeda ontel sampai pada tempat tidur berkelambu.
ini tempat tidur berkelambu yang menarik perhatian plus cenderung agak creepy |
Nah, favorit saya dari dulu adalah lantai 3 museum ini. Sebenarnya waktu kecil saya pernah diajak jalan-jalan ke museum ini bersama orang tua dan sodara sepupu saya. Waktu kecil saya suka banget sama lantai 3 ini karena luas terus langit-langitnya berasa tinggi dan los ngga ada apa-apanya. Jadi sebagai anak kecil yang kebanyakan energi, saya bahagia dibiarkan lari-larian di tempat ini :D -padahal seh ngga boleh :p-.
Anyway, ternyata sampai gede pun saya tetap suka ruangan lantai 3 ini. Luas, bisa istirahat sejenak karena sudah mengelilingi museum yang cukup luas, ngga ada pernak-pernik yang bikin takut kesenggol terus pecah, daann suara kita bergema loohh disini :D -norak-.
Dan dan ternyataa tanpa sengaja saya baca-baca artikel ternyata ada lohh arti di balik dibangunnya ruangan ini. Sebenarnya ruangan ini adalah ruangan tempat kita sejenak merenung diam dalam keheningan mengenang arwah para pejuang bangsa ini. Kita dipersilakan untuk mengingat, merasakan, mencamkan baik-baik bahwa semua itu butuh perjuangan, ngga perlu hanya untuk hal yang besar kaya membangun sebuah negara, tapi juga perjuangan untuk bertahan di dunia yang fana dan serba ngga pasti ini.
Yang seru lainnya adalah kenyataan bahwa di ruangan ini ada tiang bendera, yang mana maksud dari kehadiran bendera ini adalah menandakan satu titik imajiner yang dikenal dengan sebutan Poros Makro Kosmos atau juga disebut Sumber Besar Kehidupan. Titik ini adalah titik imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, Titik Nol, Keraton Yogyakarta, dan Pantai Parangtritis. Oh ya, terus kan tadi saya bilang bentuk museum ini kaya kerucut, ternyata memang bangunan ini dibentuk laksana Gunungan dan puncak dari gunungan itu adalah titik imajiner yang saya ceritakan tadi.
Iiihhh filosofis banget yak :D. Saya salut lut lut :D.
Lantai 3 museum |
tiang bendera yang jadi titik imajiner |
Nah, begitulah sekilas cerita dari hasil jelajah museum saya dan kedua teman saya. Sedikit tambahan juga, bahwa di wilayah Monjali juga sudah dibangun Taman Lampion yang bisa kita datangi mulai sore hari sampai malam hari. Tempat ini cocok untuk mengajak jalan-jalan adik-adik kita, tapi buat kita yang udah gede juga seru seh, bisa foto-foto juga katanya karena banyak lampu-lampu yang dibentuk-bentuk lucu gtu :D.
Jadi bisa ditebak wilayah museum ini jadi lumayan rame siang malam, bagus juga sih untuk mendongkrak promosi museum Monjali ini :D.
Sekian laporan dari saya, walau terletak di pinggir ringroad, jangan sampai kita juga meminggirkan nilai-nilai sejarah dan filosofi museum ini. Oh ya, museum ini bukan cuma jadi penghias jalan lohh jadi yuk mari kita masuk jugaa... :D
-22 Juli 2012-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar