Waktu pulang dari suatu tempat menuju ke rumah saya, tiba-tiba saya teringat seseorang yang sedang dekat dengan saya –terimakasih Tuhan dia laki-laki :p- mengatakan hal ini “Yah, karena itu aku jadi jarang SMS kamu. Aku sering ada di atas motor sekarang.” –sebenernya saya berasa ngomong sama tukang ojeg waktu itu :p-
Jujur awal denger kata-kata itu saya jadi geli sendiri. Tampaknya dia belum mengenal saya dengan baik. Saya bukanlah wanita yang senang di SMS setiap waktu, setiap detik, menit, dan jam. Saya bukanlah wanita yang perlu perhatian khusus sehingga setiap waktu yang berjalan saya harus tau dia sedang dimana, berbuat apa, dan dengan siapa. Bukan, saya bukan wanita seperti itu. Namun saya juga tidak menutup kemungkinan bahwa saya wanita yang butuh perhatian dan dimanja –kaya 9 bahan pokoknya Thomas Djorgi- tetapi tentu sesuai kadarnya. Saya hanya perlu di SMS sekali dalam sehari aja cukup. Cukup memberi tahu kabarnya gimana, bagaimana moodnya sehari ini, ada gosip apa hari ini –yah, saya memang hobi cerita apapun- dan begitu pula saya akan menanggapinya. Hmm… mungkin saya memang bukan termasuk wanita posesif.
Sebenarnya saya sering terganggu dengan ungkapan orang-orang di sekitar saya yang mengatakan dia itu cowokku, lelakiku, atau priaku –klo mau lebih geli lagi-. Saya selalu merasa bahwa saya tidak pernah pantas mengambil seseorang dan mencapnya sebagai milik saya. Tidak. Saya selalu mengatakan dia bukan milik saya, dia milik semua orang, dia milik Tuhan yang sudah memberikan nafas kehidupan padanya.
Maka dari itu saya sering bingung kalau ditanya “dia cowomu kan?” Eh, ajigile siapa gw? –batin saya- Emaknya bukan, babenya bukan, berani bilang kaya gitu. Sementara emaknya aja pasti kalo ngomong “dia anak saya” bukan “dia cowo saya”.
Hahahaha saya memang bukan orang yang pandai berbahasa. Saya juga tidak tahu kenapa orang bisa dengan mudahnya mengklaim seseorang menjadi miliknya dan dengan kata jenis kelamin di depannya. Saya sungguh tidak tahu dan tidak mengerti. Dan jujur saya merasa sedikit terganggu –mohon maaf kalau ada yang tersinggung, sungguh saya ngga maksud apa-apa-
Lalu di malam itu tiba-tiba terpikirlah satu kalimat yang pas menggambarkan isi hati saya “he is not my man but he is a man who stays in my heart” –dia bukan cowoku tapi dia cowo yang ada di hatiku- Emm… mungkin kedengeran agak norak ya tapi ntah mengapa kalimat itu bisa mewakilkan isi hati saya. Ketika saya tidak pernah mau mengatakan “dia cowoku” bukan berarti saat itu saya tidak sayang dengannya atau tidak punya perasaan dan hubungan khusus dengannya tetapi yang terjadi adalah saya sayang dengannya dan dia yang ada di hati saya sekarang namun saya merasa benar-benar tidak pantas untuk mengatakan dia lelaki saya. Hohoho –bersemu-
11 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar