Kalau melihat orang yang mempunyai bisnis sendiri atau bahasa kerennya wiraausaha, saya pasti suka diam-diam mengamati tipe-tipenya. Ada dua tipe yang benar-benar sering saya amati, yaitu :
1. Tipe yang kayanya pinter banget menjalankan usaha trus akhirnya usahanya berkembang dan punya store dimana-mana, bahkan produknya pun merambah ke macam-macam produk :o.
Yang kaya gini pasti sering banget dan menimbulkan decak kagum kan yaa, tapi terkadang kurang bisa menghasilkan kesan yang mendalam *gaya lo, luk! :p*.
2. Jualannya laku tapi tidak berkembang banyak. Contoh yang paling sering ditemui adalah penjual sarapan pagi. Banyak ibu-ibu rumah tangga yang untuk menambah pundi-pundi keluarga mulai berjualan makanan. Biasanya jualan sarapan, mungkin supaya bisa ikut makan kali ya keluarganya *sotoy* :p. Nah, yang kaya gini biasanya cuma sedikit jualannya dan sehabisnya aja jualannya. Tipe-tipe yang "yaudah saya cuma jualan sepanci ini, sampai habis. Kalau sudah siang dan belum habis yaa buat makan anak-anak aja." *sotoy lagi*
Lalu mau ngomongin apa sih, luk?
Mau ngomongin yang tipe duaa doong...
Kenapa?
Soalnya di deket rumah saya ada contoh nyatanya :')
Siapa sih dan gimana ceritanya?
Jadi, di deket rumah nenek, di daerah Pakualaman, deket Mandarpaes, setiap pagi ada seorang ibu (mungkin sudah mendekati nenek) yang berjualan bubur gudeg. Buburnya enak lembut gitu, gudegnya juga termasuk gudeg enak yang sesungguhnya ngga kalah sama gudeg dengan nama yang sudah ternama *cielaahh*.
Ibu ini selalu berjualan dari subuh (bahkan kalau bulan puasa dari jam 2 pagi!) sampai kurang lebih jam 10 pagi. Sampai jemputan datang, katanya.
Saya merasa ibu ini sudah lamaaaa jualannya dan ngga pernah pindah dari tratoar tempat itu. Selain itu yang jadi sorotan adalah kuantitas bubur gudeg yang dijual juga ngga bertambah yang banyak banget gitu. Yaahh, kurang lebih sepanci untuk setiap gudeg, krecek, dan buburnya.
Tapii, ibu itu selalu ada.
Sampai sekarang sepertinya tidak ada perubahan yang signifikan. Yang bisa saya lihat hanyalah ada beberapa penjual yang menitipkan barang dagangan mereka di ibu bubur gudeg. Contohnya bakpao, gorengan, dan lauk-lauk gitu. Tapii ngga ada perubahan lain selain itu.
Tadi pagi saya sempat ngobrol dengan ibu tersebut. Ternyata beliau sudah berjualan selama 22 tahun :o. Iihhh, masa umurnya sama kaya saya. hahahaha.
Kereeeennn yaaa....
Terus terus ibunya ga pernah lelah, tapi juga ga ngoyo.
Kalau kata ibu-ibu lain "rezeki itu ga bisa ditolak, tapi juga ga bisa dikejar"
Ntah kenapa saya merasa ibu bubur gudeg bisa memahami kalimat tersebut dengan baik. Tidak pernah aneh-aneh, tetap berjualan, semampunya, tidak ngoyo, tapi tetap menghasilkan alias tidak malas.
Aahhhh sederhana yaa, tapi sehabis membeli bubur tersebut hati saya jadi hangat. Seneng ajaa, seperti ada pencerahan yang sama indahnya dengan mentari pagi :).
Sehat selalu ya, Bu :D