Kemarin saya iseng nonton tv sambil ngobrol-ngobrol ngga jelas dengan sepupu saya. Dia laki-laki dan tinggal satu atap dengan saya. Kita sedang melihat sebuah iklan di televisi yang mengagung-agungkan cinta. Lalu dengan seketika terjadi percakapan antara saya dan dia. Kira-kira begini.
“Kemarin temenku berantem. Mereka cewe cowo. Yang cewe bilang kalau berkeluarga cuma butuh cinta sedangkan yang cowo menyangkal. Dia bilang ngga cuma cinta aja buat hidup berkeluarga.” Celetuk sepupuku.
“Hemm… aku setuju dengan temenmu yang cowo. Apalagi urusan berkeluarga ya, pernikahan, meenn. Ngga cuma cinta yang harus melandasinya, tapi juga kepercayaan dan tanggungjawab.” Jawabku asal.
“iya, aku juga lebih setuju sama temenku yang cowo. Tetep aja ngga cuma cinta yang harus dipunyai untuk membangun sebuah hubungan berkomitmen yang lebih serius. Oya, aku jadi inget kata dosenku. Cinta itu kaya nilai.”
“Nilai..??” Tanyaku sambil ngunyah roti
“Iya, kamu ngga selamanya butuh nilai. Kamu cuma butuh nilai saat kamu melamar pekerjaan aja, selanjutnya kan tinggal gimana kamu menjalani pekerjaan itu dan nilaimu ngga akan dipertanyakan lagi. Tetapi kalau kamu salah atau ngga beres ngerjain pekerjaanmu pasti kamu akan disemprot dengan kata-kata ‘nilainya segini kok ngelakuin kaya gini aja ngga bisa?’ nah, saat itu nilaimu dipertanggungjawabkan.” Jelasnya panjang lebar.
Aku manggut-manggut “Dosenmu pinter ya.”
“Yaiyalah, dosen, luk. Dosen.”
Selanjutnya, bisa ditebak pikiran saya pun berkelana melanglang buana mengingat kata-kata sang dosen. Hehehe. Benar juga dia.
Cinta tuh cuma sekedar nilai aja. Penting dan harus ada kalau mau hidupmu lengkap tapi bukan itu satu-satunya yang harus dipunyai. Banyak sifat-sifat lain yang harus kamu punya untuk bisa menjalani pekerjaanmu dengan baik. Kamu harus mau bekerja keras, tidak pernah malas belajar, tanggung jawab, displin, dan masih banyak lagi.
Nah, kalau cinta? Sama saja. Cinta itu penting tapi ngga cukup buat hidup. Perlu ada kepercayaan, toleransi, tanggung jawab, mau mengerti, dan lain-lain. Ngga cukup kalau kita hanya menggeembor-gemborkan cinta. Kalau kita bilang kita cuma punya cinta, ngga laku. Tetap kita butuh bumbu-bumbu yang lain.
Satu lagi, yang perlu diingat, cinta adalah dasar untuk kita mempertanyakan apa yang kemudian hari terjadi. Sama juga seperti nilai. Kalau kita punya nilai bagus dan ternyata kerjaan kita ngga oke, pasti nantinya kita akan dimarahi sambil mengungkit-ungkit nilai. “Nilai di transkrip kamu bagus, tapi kenapa kerjaan mudah seperti ini tidak bisa kamu kerjakan dengan baik?” Kira-kira seperti itulah.
Bagaimana dengan cinta? Sama saja. Kalau kita mulai bertingkah salah atau mungkin ketauan selingkuh pasti yang meluncur dari bibir pertama kali adalah “Katanya cinta? Mana buktinya?”
Hehehehe. Sama ya. Dosen itu membuat analogi yang ciamik menurut saya. Cinta dan nilai? Hemm… Dua hal yang hampir sama. Tidak cukup untuk membangun sebuah ‘hubungan’ hanya dengan mereka tapi mereka tetap mempunyai peran besar dalam sebuah pertanggungjawaban.
-ditulis 4 November 2011-