Minggu, 15 Januari 2012

Cinta = Nilai

Kemarin saya iseng nonton tv sambil ngobrol-ngobrol ngga jelas dengan sepupu saya. Dia laki-laki dan tinggal satu atap dengan saya. Kita sedang melihat sebuah iklan di televisi yang mengagung-agungkan cinta. Lalu dengan seketika terjadi percakapan antara saya dan dia. Kira-kira begini.

“Kemarin temenku berantem. Mereka cewe cowo. Yang cewe bilang kalau berkeluarga cuma butuh cinta sedangkan yang cowo menyangkal. Dia bilang ngga cuma cinta aja buat hidup berkeluarga.” Celetuk sepupuku.

“Hemm… aku setuju dengan temenmu yang cowo. Apalagi urusan berkeluarga ya, pernikahan, meenn. Ngga cuma cinta yang harus melandasinya, tapi juga kepercayaan dan tanggungjawab.” Jawabku asal.

“iya, aku juga lebih setuju sama temenku yang cowo. Tetep aja ngga cuma cinta yang harus dipunyai untuk membangun sebuah hubungan berkomitmen yang lebih serius. Oya, aku jadi inget kata dosenku. Cinta itu kaya nilai.”

“Nilai..??” Tanyaku sambil ngunyah roti

“Iya, kamu ngga selamanya butuh nilai. Kamu cuma butuh nilai saat kamu melamar pekerjaan aja, selanjutnya kan tinggal gimana kamu menjalani pekerjaan itu dan nilaimu ngga akan dipertanyakan lagi. Tetapi kalau kamu salah atau ngga beres ngerjain pekerjaanmu pasti kamu akan disemprot dengan kata-kata ‘nilainya segini kok ngelakuin kaya gini aja ngga bisa?’ nah, saat itu nilaimu dipertanggungjawabkan.” Jelasnya panjang lebar.

Aku manggut-manggut “Dosenmu pinter ya.”

“Yaiyalah, dosen, luk. Dosen.”

Selanjutnya, bisa ditebak pikiran saya pun berkelana melanglang buana mengingat kata-kata sang dosen. Hehehe. Benar juga dia.

Cinta tuh cuma sekedar nilai aja. Penting dan harus ada kalau mau hidupmu lengkap tapi bukan itu satu-satunya yang harus dipunyai. Banyak sifat-sifat lain yang harus kamu punya untuk bisa menjalani pekerjaanmu dengan baik. Kamu harus mau bekerja keras, tidak pernah malas belajar, tanggung jawab, displin, dan masih banyak lagi.

Nah, kalau cinta? Sama saja. Cinta itu penting tapi ngga cukup buat hidup. Perlu ada kepercayaan, toleransi, tanggung jawab, mau mengerti, dan lain-lain. Ngga cukup kalau kita hanya menggeembor-gemborkan cinta. Kalau kita bilang kita cuma punya cinta, ngga laku. Tetap kita butuh bumbu-bumbu yang lain.

Satu lagi, yang perlu diingat, cinta adalah dasar untuk kita mempertanyakan apa yang kemudian hari terjadi. Sama juga seperti nilai. Kalau kita punya nilai bagus dan ternyata kerjaan kita ngga oke, pasti nantinya kita akan dimarahi sambil mengungkit-ungkit nilai. “Nilai di transkrip kamu bagus, tapi kenapa kerjaan mudah seperti ini tidak bisa kamu kerjakan dengan baik?” Kira-kira seperti itulah.

Bagaimana dengan cinta? Sama saja. Kalau kita mulai bertingkah salah atau mungkin ketauan selingkuh pasti yang meluncur dari bibir pertama kali adalah “Katanya cinta? Mana buktinya?”

Hehehehe. Sama ya. Dosen itu membuat analogi yang ciamik menurut saya. Cinta dan nilai? Hemm… Dua hal yang hampir sama. Tidak cukup untuk membangun sebuah ‘hubungan’ hanya dengan mereka tapi mereka tetap mempunyai peran besar dalam sebuah pertanggungjawaban.

-ditulis 4 November 2011-

Selasa, 10 Januari 2012

Kuncup 2012



Welcome, 2012... :)

Oke, ini juga tulisan yang di-posting dengan ketelatan yang cukup meyakinkan.
Hehehehe
Yah, tapi bagi gue agak kurang juga kalo menyambut sesuatu yang baru tanpa penyambutan lewat tulisan -tsaahh- :p
Anyway, seperti yang udah gue tulis disambutan bahwa tahun 2012 sudah datang. Dia menggantikan si 2011 yang udah pensiun. Selamat selamat datang :))

Beberapa orang pasti bertanya "apa resolusi tahun 2012?" atau bahkan temen gue udah bikin slogan sendiri buat tahun 2012, yaitu "Sparkling 2012". Meenn, ini mah tahun atau minuman? Hehehe :p

Entah mengapa gue bukan tipe orang yang suka bikin resolusi. Gue orangnya emang pemalas, jadi kalo ada resolusi tuh malah jadi kaya ada hantu yang ngejar-ngejar gue tiap hari and in the end gue jadi ga bisa nikmatin hidup. -alasan- Tapi gue lebih suka melakukan satu aktifitas menyenangkan sekaligus menyesakkan, yaitu "bermimpi" atau "berharap".

Dengan tetap mengingatkan pada diri gue sendiri juga bahwa harapan tuh ngga jauh dari kekecewaan. Jadi semakin berharap semakin kecewa, tapi hidup tanpa harapan itu juga kaya hantu gentayangan. Ngga tau rumahnya dimana tapi tetep jalan-jalan ngga jelas. Kesimpulannya, gue tetep mau berharap dengan bersyarat.

Gue tetep berharap bahwa 2012 memberikan banyak rasa baru dalam hidup gue. Gue diizinin buat nyicip rasa yang belum pernah gue cobain di tahun 2011, berdamai dengan keadaan, ketemu orang baru, dan belajar mengerti orang lain dengan lebih baik lagi. Gue juga berharap segala unfinished business gue selama tahun 2011 bisa selesai. Semua janji yang udah gue ucapin baik itu untuk diri sendiri dan orang lain bisa gue wujud-in. Pingin banged nyelesein apa yang udah gue mulai di bidang akademik, pingin banged di penghujung tahun liburan ke suatu tempat, dan pingin banged nyoba kehidupan baru yang belum pernah gue coba -plis, bukan nikah ya, gue masi belum cukup umur :p-. Satu lagi, gue pingin banged mendamaikan otak dan hati gue. Emm... agak-agak ngga mungkin sih tapi ga salah juga kalo dicoba. hehehe :p Yang jelas gue pengen mendamaikan kehidupan gue. :)

Yah, gue sekarang ngerasa bahwa 2012 sangat-sangat masih berwujud kuncup. Kaya bunga-bunga yang sering kita lihat. Udah kelihatan dikit-dikit tapi tetep aja warna dan wujudnya kita belum tahu. Dan kuncup bungalah yang biasanya kita sambut dengan sukacita dan membuat kita merangkai banyak harapan akan kuncup itu. Kita berharap warnanya cerah, dia bisa tumbuh dengan baik, dia punya banyak temen dan lain-lain. Tapi kadang kita juga khawatir kalau dia ga tumbuh sehat, warnanya jelek, banyak durinya, atau apapun itu.

Itu pulalah yang saya rasakan saat menyambut tahun 2012. Rasanya seperti menyambut kuncup bunga pada tanaman, penuh pengharapan, penuh kekhawatiran, tapi apapun yang terjadi dia tetap akan tumbuh kecuali gue memangkasnya paksa. :)

-10 Januari 2012-

Helaian 2011

-kangen nih ngomong pake lo gue, jadi saya minta izin buat menyapa anda dengan bahasa yang saya kenal sejak kecil yaa-

Sebenarnya agak terlambat untuk mem-posting cerita ini sekarang. Udah lewat 9 hari dari pergantian tahun masehi. Jujur, banyaakkk banged hal yang terjadi di tahun 2011. Nada-nada perasaan mengalun indah menjadi sebuah simfoni kehidupan. Yaahh, intinya semua rasa baru udah gue coba di tahun 2011.

Tahun 2011 adalah tahun dimana gue ngerasa disayang sama seseorang, ngerasa disakitin dan juga menyakiti. Belajar menerima bahwa ngga ada yang salah dan ngga ada yang bener. Baik buruknya juga tergantung lensa orang yang melihatnya.

Banyak tawa, canda, airmata di tahun 2011. Banyak yang udah gue lakukan juga di tahun 2011. Gue mencoba untuk memulai nulis blog lagi, gue mencoba untuk jalan-jalan ke tempat-tempat yang bikin penasaran, nyoba banyak hal baru, dan nyoba buat nikmatin semua yang terjadi dalam hidup gue.

Gue KKN di tempat yang naujubilah kerennya -Ceto, Karanganyar-, patah hati berkali-kali, nyoba bangkit berkali-kali, dan menyadari bahwa banyak kebahagiaan yang ada di depan mata namun tertutup oleh kabut yang bernama 'patah hati'.

Gue kenal banyak orang baru, temenan sama banyak orang, belajar bercerita banyak, dan pada akhirnya belajar mangerti bahwa kita punya tugas yang berbeda dengan waktu. Kita menunggu sementara waktu berlalu.

Waktu ngga pernah mau nungguin kita, meenn. Dia punya aturan main sendiri yang saklek dan ngga bisa diubah. Pernah lo berpikir buat ngubah sehari jadi 36 jam? Atau malah jadi 12 jam biar semuanya bisa berlalu cepet. Pikir aja sampe mati, karena itu ga akan pernah jadi lebih dari sekedar mimpi. Waktu ya terus berlalu, yang perlu kita lakuin ada berdamai dengan waktu. Ada kalanya kita harus nunggu dia, ada kalanya kita bisa santai jalan bareng sama dia, atau kadang kita suka ketinggalan dan pada akhirnya berlari mengejar waktu. Ngga bisa dipungkiri kalo waktu kaya hakim yang udah punya buku peraturan yang ngga bisa diganggu gugat. Lo bisa marah-marah tapi dia ngga akan pernah berbaik hati sama lo. Dia bakal terus berjalan tanpa mau mikirin lo yang ketinggalan.

Gue sadar dan gue tau kalo 2011 dan waktu-waktu yang ada selama tahun itu kaya daun-daun. Dia eksis di masanya, hijau pada waktunya, tapi toh akhirnya bakal kering dan berguguran. Dia bakal jatoh juga akhirnya. Daun yang gugur itu kaya waktu, kadang indah dilihat tapi kadang bikin bete gara-gara ngotorin sekeliling kita. Dan apa pun yang terjadi dia bakal tetep jatoh. No matter what you do.



Nah, disinilah gue berdiri. Gue sadar dan tahu bahwa daun itu ngga bisa balik lagi ke dahannya, yang udah gugur yaudah. Tapi gue juga ngga boleh lupa bahwa selama pohon itu masih hidup gue masih bisa liat daun yang masih baru. Sama aja, helaian tahun 2011 memang sudah gugur dan berlalu, namun selama jiwa kita masih hidup kita masih bisa mendapatkan dan melihat daun-daun lain yang tumbuh dan menghijau di depan mata kita.
Sayonara 2011... :)

-9 Januari 2012-