Selasa, 24 November 2009

The Lunacy

“no one can stop the tradition but the cosmos does”

The Lunacy adalah sebuah play yang saya tonton bersama teman saya Putri di Gedung Societet pada tanggal 4 September 2009 lalu. Ok mungkin sudah terlalu tidak update. Hehehe… Tapi biarkan saya membagi apa yang saya rasakan saat menonton play tersebut. Tentang isi ceritanya dan performance mereka ketika di panggung serta sisipan sedikit kisah saya dan Putri ketika menonton play tersebut.

Oya, mungkin ada yang belum tahu bagaimana itu play dan siapa yang mengadakan play tersebut. Jadi, play adalah sebuah performance semacam drama atau teater, dimana kita bisa melihat life performance dan itu bukan hasil rekaman. Biasanya play ini dimainkan oleh mahasiswa-mahasiswa tahun ketiga yang mengambil mata kuliah play performance di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Terutama untuk jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Sastra Inggris. So, pasti dapat ditebak play ini berbahasa inggris. (yaiyalah, namanya juga play)

Dikarenakan saya dan teman saya, Putri, suka menonton life performance, bahasa inggris bukanlah menjadi halangan bagi kami untuk menonton. Itung-itung belajar listening juga. Hehehehe… Akhirnya pada hari jumat malam nan cerah(?) kami pun berangkat ke taman budaya untuk menonton play tersebut. Kronologinya adalah Putri yang menjemput saya lalu kami kesana menggunakan motor Putri.

Play kali ini adalah performance dari jurusan pendidikan bahasa inggris Universitas Sanata Dharma. Play ini berkolaborasi dengan gamelan jawa dan kalau boleh jujur saya suka sekali mendengarkan alunan music dari alat tradisional ini. Wah, semakin semangatlah saya dan Putri untuk menonton. Walaupun nyamuk bertebangan (serius, ini serius, pesan saya sebelum ke societet lebih baik pakailah obat nyamuk oles terlebih dahulu daripada handbody) tapi kami tetap semangat sampai detik terakhir pertunjukan.

Pertunjukan ini bercerita tentang sebuah desa, dengan setting zaman dahulu kala dan dengan suasana Jawa yang kental, yang tidak kunjung dibasahi oleh hujan alias musim kemaraunya kelamaan. Hal ini tentu saja menjadikan penduduk desa resah, gundah dan gulana. Ada apa? Mengapa? Apakah karena Yang Maha Kuasa menyimpan amarah dan dendam pada desa ini?? Ataukah karena awan memang sedang tidak berpihak kepada desa kami?? Seribu Tanya memenuhi benak semua penduduk desa tersebut, sampai pada akhirnya dukun pun bertindak. Tunggu, bukan Alam mbah dukun, tapi orang pintar yang dihormati di daerah tersebut yang berpenampilan tidak jauh seperti mbah dukun. Ternyata eh ternyata orang pintar itu mengatakan bahwa harus ada yang dikorbankan di desa tersebut dan orang itu haruslah seorang gadis. (ya, kadang saya selalu bertanya-tanya kenapa harus gadis yang dikorbankan, jarang sekali mereka meminta janda atau duda, Emm.. mungkin karena mereka sudah tidak fresh lagi kali ya?)

Setelah mengundi anak gadis siapa yang akan dikorbankan, pilihan itu jatuh pada sebuah keluarga yang mempunyai 2 anak, 1 gadis dan 1 perjaka. Gadis ini sebenarnya adalah gadis yang pemalas namun sungguh di dalam hatinya ia sayang sekali pada orang tuanya. Oleh sebab itu ketika diberitahukan bahwa ia harus dikorbankan, gadis tersebut setuju untuk merelakan dirinya walaupun dengan isak tangis terlebih dahulu.

Masalah tidak sampai disini saja. Ketika tiba saatnya gadis tersebut dikorbankan, kakak kandungnya (yang perjaka itu) tidak rela adiknya mati. Dan dengan mantap ia pun menukarkan dirinya dengan adiknya. Perlu diketahui, kakaknya menukarkan secara sepihak, karena adiknya dibuat pingsan dan ia yang berjalan menuju altar untuk dikorbankan. Namun Yang Maha Kuasa berkehendak lain, tipu muslihat si perjaka (baiklah saya mengaku saya lupa nama-nama dalam cerita ini. Hehe) ketahuan oleh mbah dukun dan ia tidak bisa mengorbankan seorang perjaka (memang perjaka dan gadis itu berbeda). Tetapi entah mengapa tiba-tiba hujan deras turun membasahi seluruh jengkal tanah di desa tersebut. Timbulah tanda Tanya besar di kepala orang-orang tersebut. Apakah ini semua karena Yang Maha Kuasa berbaik hati ataukah ada sebab yang tak terlihat lainnya?

Kita tunggu Lunacy part 2… Don’t miss it... (diucapkan dengan gaya centil nan lucu dengan satu mata mengedip manja)
Emm.. foto tiketna menyusul ya.. hehehe...