Sabtu, 23 Oktober 2021

Pernikahan Impian

 


Woow sungguh judul yang sangat tidak saya banget. Hahaha

Tiba-tiba pingin aja nulis tentang penikahan impian. Pernikahan di sini merujuk ke prosesi dan acara pernikahannya ya, bukan kehidupan pernikahan. Kalau kehidupan dan hubungan pernikahan saya tidak berani terlalu banyak bermimpi dan berekspektasi, karena ekspektasi adalah pangkal dari penderitaan *halah. 

Jadi, mari nulis dan berandai-andai iseng-iseng!

Sesungguhnya impian saya itu bisa nikah di Gereja yang cukup besar dan punya aula. 

Wow, mau ngapain, jeng? Simpel sih, karena setelah selesai misa pernikahan pinginnya langsung ke aula Gerejanya saja, makan-makan di sana. Jadi hemat waktu, tenaga, dan uang transport hahaha.

Saya tuh impiannya mainstream banget kok, dekor di Gereja dominan warna putih dan peach terus  pakai bunga asli. Bunganya campur aja sih, yang penting ada bunga lilinya *mahal ya, bund.

Untuk dress code tidak perlu sih, untuk pakaian mempelai bisa kebaya atau pun gaun, semisal pakai gaun yang simple-simpel aja macem Kate Middleton, jangan macam Lady Diana, berat book!

Nah, setelah selesai misa perkawinan di Gereja, biasanya ada sesi foto-foto, ya boleh aja sih foto-foto dulu tapi para undangan langsung diarahkan untuk pindah tempat ke aula Gereja. Di aula sudah dipersiapkan hidangan-hidangan pondokan dan mohon maaf tidak ada prasmanan di antara kita. Hidangannya khas pondokan kawinan tapi kayanya nambah abang-abang gerobak cakwe dan batagor. Lalu ada kue-kue tradisional dan kue internasional. Hmmm yummy!

Para undangan boleh langsung makan, sambil makan tentu ada music yang mengalun. Tidak, tidak akan sok-sokan akustikan, band biasa saja dengan lagu top 40, yang penting tidak ada lagu patah hati atau ditinggal suami. Syedih banget kan baru mau nikah lagunya udah menunjukkan kepedihan. 

Untuk souvenir ngga kepikiran sih, yang jelas tiap orang dapat satu kotak nasi padang sebagai pengganti prasmanan hahaha.

Ummm apalagi ya?

Kok kayanya gitu aja saya udah seneng deh.

Sayangnyaa… 

Saya sudah nikah. Jadi, ini bener-bener hanya akan jadi pernikahan di dalam mimpi. Bisa sih dilakukan kalau besok saya ulang tahun ke-20 atau ke-25 pernikahan. Doakan ya semoga saat itu terjadi kami masih bisa makan kambing guling dan empal gentong! *halo, kolesterol


Kamis, 08 November 2018

Lamaran?

24 September 2016

Kalau mau cerita throwback itu memang ngga usah tanggung-tanggung, setelah terjadi kurang lebih 2 tahun yang lalu baru deh disebarluaskan. hihihi

Emang ada apa sih di tanggal 24 september itu?

Oke, sebelum bercerita, coba saya tanya setiap wanita dimanapun ia berada pasti punya impian bagaimana cara dia dilamar kan? Iya, ngga? Engga? Ahh, kamu bohoong :p
Ada yang pingin calonnya datang ke rumah orang tuanya dan minta izin untuk meminang ia, ada pula yang ingin dilamar ala film-film hollywood yang mana calonnya berlutut sambil bertanya "will you marry me?". Atau kalau ada yang suka versi lebih romantis, pasti pinginnya bertabur bunga, ada cincin, balon, dan kembang api kalau perlu.
Kalau saya sendiri sih ngga minta yang muluk-muluk, yang penting sebelum si calon melamar ke orang tua saya, dia harus melamar saya dulu. Karena saya termasuk orang yang menganut prinsip karena saya yang dinikahin, tolong saya yang dideketin, yang dipacarin, sampai yang diajak nikah, bukan orang tua saya. Kalau orang tua setuju tapi saya tidak cinta, bagaimana mau hidup bersama? *halah

Terus, tulisan ini buat apa, luk? Mau cerita gimana pas kamu dilamar?
Yaa sebenarnya sih iya. Hahahaha... 
Kalau ada yang males terus mau skip ga baca juga gapapa kok. hihihi...

Jadi, ceritanya saat tanggal 24 september 2016 itu saya masih jalan sama Paman Danang. Dari awal kami berdua memutuskan jalan bareng, memang sudah ada niatan agak seriusan *cielah Luki berhubungan serius, tumbeenn* hahaha. Mungkin saya udah insaf trus merasa cocok dengan si Paman, akhirnya yaa kenapa ngga dicoba untuk berkomitmen lebih serius. Walaupun begitu, sudah dapat ditebak bahwa yang ngebet lebih ingin meresmikan hubungan kami itu Paman Danang.
Walaupun begitu, saya agak kaget juga bahwa baru 1,5 tahun pacaran dia sudah beritikad untuk melamar saya. hohoho.
Ohya, kalau ada yang bertanya-tanya dalam kalbu sebenarnya saya sudah kenal berapa lama dengan Paman Danang, sebenarnya kami sudah temenan dari tahun 2009, namun pertemanan kami memang on-off mengingat fakultas tempat kami kuliah berbeda. Lalu karena suatu acara kami dipertemukan kembali di akhir tahun 2011 dan mulai berteman lagi. Namun, kami baru benar-benar berhubungan dengan berlandaskan cinta itu ya tahun 2015. hehehe

Emang gimana caranya seorang Paman Danang melamar wanita? Ohh sudah tentu jauh dari film hollywood apalagi bollywood yaaa

Alkisah di suatu pagi di sebuah kota di Jawa Tengah, sebut saja Semarang. Karena ada hal yang harus saya lakukan di kota tersebut, akhirnya di hari sabtu yang tidak sendu, kami bertemu di Semarang. Saat lagi bercanda sebelum lanjut jalan, tiba-tiba Paman Danang menatap mata saya dengan tatapan penuh keseriusan dan berkata "jadi, kamu siap ngga aku nikahin tahun 2017?"

Deng deng deng deng....

Saya memang sempat cerita kalau mau nikah di tahun 2018 aja, karena saya suka dengan angka 8,, eh si abang malah minta tahun 2017. Entah karena kesirep atau sebenarnya dia menghipnotis saya dengan matanya akhirnya saya ngangguk dong yaa. Sungguh sangat mudah dan murah sekalii sayaaa.. Terus akhirnya kami pelukan deh. Sangat simpel ya. Ada cincin? Ngga? Bunga dan balon? Uhh apalagi.. 
Yaa cuma satu yang saya lihat, keseriusan Paman Danang aja.
Semoga saya ngga salah liat yaa hahahaha dan semoga kami selalu berbahagia dan samasamasampelama :) 

Balik Lagiii

Heihooo...

Setelah sekian ratus purnama akhirnya balik lagi ke tempat ini. Hehehe
Sebenarnya sadar banget kalau blog mulai banyak ditinggalkan, apalagi dengan hadirnya Instagram dan fitur-fitur terbarunya yang makin membuat keberadaan blog tersingkir.
Trus, kenapa si Luki balik lagi ke blog?

Ntahlaahh.. hahaha
Mungkin karena suka nulis panjang-panjang jadi mau berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun ngga ngeblog akhirnya balik lagi kesini buat cerita-cerita. hehehe
Dan, sekarang di saat berubah pekerjaan dari pegawai swasta jadi ibu rumah tangga, akhirnya tangan gatel lagi buat ngoceh di blog. Hehehehe
Doakan semoga konsisten yaa... Karena menurut saya kalau sudah terbiasa menulis (walaupun ngga runut dan agak amburadul), pasti akan mempermudah diri sendiri kalau besok-besok dituntut buat nulis lagi. hihihi.

Setelah ini saya memang akan cerita banyak hal yang terjadi dalam hidup saya sampai di penghujung tahun 2018. Yaa emang banyak yang kadaluarsa, anggap aja kaya baca artikel majalah lawas. hahaha.. Namun semoga semua pengalaman dan pemikiran saya bisa jadi bacaan yang positif dan syukur-syukur menghibur buat orang-orang yang tidak sengaja nyasar ke halaman ini.

Selamat membaca! :) 

Jumat, 21 Juli 2017

Tulisan untuk Sang Idola




*pertama-tama cukup shock karena menyadari bahwa terakhir nulis adalah di tahun 2015, dan sekarang udah tahun 2017 ajee dan udah tengah tahun ajee. Betapa pemalas dan tidak konsistennya dirikuuu*

Pada tanggal 21 Juli 2017 ini saya pingin membagikan rasa shock yang ada di hati di pagi hari. Tadi pagi setelah bangun tidur, saya pun cek-cek news feed di salah satu akun sosial media, dan saya menemukan bahwasanya salah satu vokalis dari band yang pernah saya kumpulin kasetnya, yaitu Linkin Park meninggal dunia. :'(

Syeddiiihhh....

Iyap, Chester Bennington meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 2017. Sedih banget pastinya.
Ada dua alasan kenapa saya sedih dan bahkan sampai saya tulis di blog ini.

1. Saya belum kesampaian nonton konser Linkin Park.
Linkin Park adalah salah satu band yang menemani masa muda saya *ceilah*. Saya sempat mengkoleksi kaset keluaran dari band ini. Yaahh walaupun harus saya akui bahwa saya paliing suka sama album Hybrid Theory dan Meteora. Setelah itu saya kurang suka lagu-lagu mereka satu album. Paling saya hanya suka satu dua lagu saja. Dan pasti terselip rasa ingin menonton mereka konser live. Nah, kalau vokalis pentolan mereka meninggal, apa jadinya konser mereka doong?? Semua tak akan sama dan pupuslah sudah niat dan semangat nonton konser mereka. Saya seperti layu sebelum berkembang :(.

2. Cara meninggalnya tragis dan tidak inspiratif.
Suicide.
I do not need to explain more.
Half sad, half disappointed.

Dua alasan itu cukup membuat saya patah hati di bulan juli.
Tetapi apapun itu, saya tetap mendoakan..
Rest In Peace Chester Bennington... You always be one of my idol. Ever..



Kamis, 15 Oktober 2015

Naik-naik ke Puncak Candi, Turun-turun Main Air

6 Juni 2015

Biar ngga kurang piknik, ketika Paman Danang berkunjung ke Jogja, saya pun mengajak jalan-jalan ke Karanganyar. Sebenarnya saya juga cuma berkunjung ke tempat KKN saya dulu di Ceto, Karanganyar. Dan, bahagianya Danang juga belum pernah kesana. Jadilah kami klop untuk pergi kesana.

Kami memulai perjalanan dari pagi hari menuju ke Kawasan Candi Ceto. Candi Ceto ini letaknya dekat dengan Tawangmangu. Kalau dari sebuah pertigaan terakhir Karanganyar, Tawangmangu ke kanan maka Ceto ke kiri. Jalannya berliku-liku bagaikan perjalanan Ninja Hattori, tapi tenang saat ini sudah banyak terdapat plang-plang penunjuk jalan yang dapat menuntun kita untuk sampai ke tempat tujuan tanpa nyasar.

Masih pagi dan masih segar kami sudah sampai di Kawasan Candi Ceto. Udaranya lumayan cerah dan belum terlalu panas. Kami pun secara bergembira naik-naik ke Candi dan tanpa dinyana penjaga tiketnya masih kenal sama saya. Hahaha. Ngga bayar dong yaa akhirnyaa. hehehe.Kami berdua lihat-lihat Candi Ceto dan juga pergi ke Puri Saraswati yang berada di satu kompleks Candi Ceto. 

Ohyaa pada saat ini jugalah saat perdana kami menggunakan tongsis kepunyaan Danang. Hahaha. Ingat kan cerita waktu kami ke hutan pinus bersama Popon? Nah saat itu Danang sering meminjam tongsisnya Popon dan merasa kalau foto pakai tongsis mukanya ga sebesar biasanya. Alhasil Danang pun bertekad membeli tongsis sendiri. Trus disini dia kesenengan foto-foto pake tongsis. Hahaha.

Ceto dan Kabut :)

Selesai jalan-jalan di kompleks candi, kami pun makan sate kelinci dan bakso ala-ala. Yaa cuma buat ganjel-ganjel perut ajah. hihihi. Sebelum pulang saya pun pingin coba ke rumah Pak Bayan tempat saya menginap saat KKN. Eh ternyata bapak ibunya masih ingat saya dan mengajak minum teh bersama :').

Memang dasar kami ngga begitu suka berlama-lama di suatu tempat wisata, alhasil selesai jalan-jalan masih siang hari. Yasudah saya akhirnya mengajak Paman Danang ke Air Terjun Jumog. Assiikk lhoo tempatnyaa. Asri dan cukup tertata. Walaupun agak gempor sedikit karena kami harus melewatii banyak anak tangga sebelum sampai pada air terjunnya. Kami ngga main air, cuma celup-celup kaki aja dan minum kopi hangat di warung pinggir air terjun. Hihihi.

Air Terjun Jumog

Selesai main-main kami pun melangkahkan kaki untuk kembali pulang. Lumayan laahh melepas penat sejenak piknik ke tempat berudara segar dan melihat hijau-hijau yang memanjakan mata :).

Ceto dan Saraswati

Air Terjun Jumog, Aku,Kamu, dan Tongsis. Hahaha *ciiee kepala Paman Danang ngga besar :p*